Emiten Farmasi Semester I/2025 Sakit-Sakitan, Siapa Paling Sehat?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
15 August 2025 08:15
Industri Farmasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja laba emiten di sektor farmasi tampaknya masih loyo pada paruh pertama tahun ini. Bahkan masih ada yang rugi-nya makin bengkak.

PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) tercatat dengan rugi paling banyak, nilainya bahkan melonjak dua kali lipat dari rugi Rp102,28 miliar pada semester I/2024 menjadi Rp213,20 miliar pada semester I/2025.

Penyebab utama rugi yang membengkak ini karena tekanan biaya. Beban pokok pendapatan PYFA melesat nyaris empat kali, dari Rp260,47 miliar menjadi Rp1,09 miliar.

Beban umum dan administrasi turut naik menjadi Rp227,22 miliar, sedangkan beban penjualan dan pemasaran meningkat menjadi Rp126,29 miliar. Biaya keuangan juga hampir dua kali lipat, dari Rp62,31 miliar menjadi Rp151,72 miliar.

Tekanan biaya yang terlampau besar ini akhirnya yang membuat rugi, meskipun pendapatan terbang 240% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,38 triliun dari Rp40,32 miliar.

Berikutnya yang masih merugi ada emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) sebanyak Rp43,5 miliar pada paruh pertama tahun ini.

Meski rugi, untuk INAF nasibnya beda dibandingkan PYFA, karena kerugiannya susut cukup lumayan dari rugi yang ditanggung pada semester pertama tahun lalu sebesar Rp102 miliar.

Selanjutnya ada PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) dengan laba sebanyak Rp702,20 miliar. Nilainya turun 14,48% yoy, ini terjadi karena laba pada kuartal kedua jeblok lebih dari 28% secara kuartalan (qoq), sementara untuk pendapatan terpantau kontraksi moderat 2,63% yoy.

Berlanjut ke emiten farmasi lainnya terpantau tiga yang masih mencatat pertumbuhan, bahkan ada yang secara kuartalan tumbuhnya agresif.

PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatat kinerja laba secara kuartalan paling unggul, tumbuhnya sampai 57,78% menjadi Rp367,53 miliar. Nilai tersebut kemudian mengakumulasi laba sepanjang semester I/2025 menjadi Rp600,47 miliar, meskipun secara pertumbuhan sedikit kontraksi sekitar 1% yoy.

Berikutnya dua lainnya yang masih mencatat pertumbuhan ada PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Laba DVLA terpantau masih tumbuh stabil meskipun tipis hanya sekitar 1% yoy menjadi Rp121,44 miliar. Sementara itu, KLBF bisa dibilang emiten yang paling bertahan dengan pertumbuhan laba lebih moncer lebih dari 9% yoy menjadi Rp1,97 triliun.

Berikut rincian dari rekap laba farmasi sepanjang semester I/2025 :

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 



(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation