
Harga Minyak Jeblok, Laba Raksasa Migas RI Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa minyak mentah dunia di sepanjang tahun ini terutama di semester I 2025 tercatat kurang baik alias turun. Baik minyak mentah dunia Crude maupun Brent terpantau mengalami penurunan tajam.
Di sepanjang tahun ini harga minyak mentah Crude telah mengalami penurunan hingga 12,17% hingga perdagangan intraday hari ini Rabu (13/8/2025) di level US$62,99 per barel.
Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent yang telah anjlok 11,56% di sepanjang tahun ini dan mencapai level US$66,01 per barel hingga perdagangan intraday hari ini Rabu (13/8/2025).
Turunnya harga minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya pasokan minyak global tetapi dari sisi permintaannya masih melemah.
Dari sisi pasokan, International Energy Agency (IEA) melaporkan pasokan minyak global (produksi dan liquid fuels) mencapai sekitar 105 juta barel/hari (juta bph) pada Mei 2025, meningkat sekitar 1,8 mb/d dibanding tahun sebelumnya.
Dalam laporan Juli 2025, tercatat peningkatan pasokan sebesar 950 kb/hari secara bulanan (mtm) pada Juni, dengan pasokan tahunan diproyeksikan naik 2,1 mb/d menjadi 105,1 juta bph sepanjang tahun 2025.
Selain itu, terdapat kelebihan pasokan sekitar 1,3 mb/d pada semester I 2025. Hal ini didukung oleh data dari Kpler, yang mengatakan surplus rata-rata semester I 2025 mencapai 1,3 juta bph, meningkat dari 560 kilo barrel per hari pada 2023 dan 490 kbd pada 2024.
IEA juga menyoroti ketidakseimbangan serius antara pasokan yang melimpah dan permintaan yang lemah dengan selisih menyentuh 1,3 juta bph. Reuters via polling analis juga mengindikasikan bahwa pasokan akan melebihi permintaan hingga 1,2 mb/d sepanjang 2025.
Sementara dari sisi permintaan, menurut IEA (Oil Market Report, Juli 2025), pertumbuhan permintaan minyak global diperkirakan sebesar 700 ribu barel per hari (kb/d) pada 2025, yang merupakan laju pertumbuhan terendah sejak 2009, kecuali tahun pandemi 2020.
Pertumbuhan permintaan pada kuartal II 2025 cenderung lebih lemah dibandingkan kuartal I 2025, dengan konsumsi menurun di Amerika Serikat (AS) dan China.
Proyeksi lain dari IEA menurut laporan Juni 2025, mengonfirmasi tambahan 720 kilo bph sebagai kenaikan permintaan sepanjang 2025.
Anjloknya harga minyak tentu berdampak besar terhadap kinerja perusahaan migas Indonesia.
Hal ini mendorong penurunan beberapa kinerja keuangan saham-saham migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I 2025.
Dari lima emiten, empat diantaranya telah merilis kinerja keuangan. Sayangnya dari empat emiten tersebut hanya PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang mencatatkan kenaikan laba bersih pada semester I 2025. Sementara PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatatkan penurunan laba bersih.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)