Mengapa IHSG Tiba-Tiba Mengamuk? Begini Penjelasan Analis!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
13 August 2025 08:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat lebih dari 2% dan nyaris menyentuh level 7.800, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi sentimen global dan faktor teknikal yang mendukung.

IHSG pada perdagangan kemarin Selasa (12/8/2025) berhasil melesat 2,44% ke posisi 7791,69. Ini merupakan penguatan harian terkuat sejak 29 April 2028, sekaligus menandai posisi tertinggi pada tahun ini.

Kurang dari 2% lagi, IHSG bisa menuju level tertinggi sepanjang masa yang pernah diuji pada tahun lalu di level 7900.

Nilai transaksi yang terjadi sepanjang hari kemarin sangat ramai sampai Rp20,14 triliun, melibatkan 30,35 miliar lembar saham yang berputar 2,22 juta kali. Ada sebanyak 382 saham menguat, 249 saham melemah, dan sisanya 170 saham stagnan. Market cap IHSG tembus Rp14,04 kuadriliun.

Mengutip Refinitiv, teknologi menjadi sektor yang naik paling kencang, yakni 7,08%. Lalu diikuti oleh utilitas 3,64% dan finansial 3,54%.

Saham yang menjadi penggerak utama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menyumbang 39,55 indeks poin. Saham BBRI naik 6,3% ke level 4.050 dengan nilai transaksi Rp 1,61 triliun.

Sejumlah saham juga memberikan bobot besar terhadap kenaikan IHSG hari ini. PT DCI Indonesia (DCII) yang kembali menyentuh auto reject atas (ARA) atau naik 10% berkontribusi 27,23 indeks poin. Kemudian PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang naik 6,35% menyumbang 21,65 indeks poin.

Selain BRI, saham bank jumbo lain juga ikut menjadi penggerak IHSG, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BMRI) 16,63 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 5,69 indeks poin.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, mengungkapkan setidaknya ada tiga faktor yang mendorong penguatan IHSG. Pertama, adanya penundaan kesepakatan yang seharusnya terjadi hari ini namun kembali diundur selama 90 hari.

Kedua, potensi penurunan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang semakin besar, meskipun data inflasi masih dinantikan hari ini.

Ketiga, arus modal asing yang diperkirakan berlanjut masuk ke pasar.

"Capital inflow harus diperhatikan. Apabila capital inflow besar, maka investor asing telah kembali masuk ke dalam pasar. Hal ini yang membuat IHSG mengalami kenaikan," jelasnya.

Sebagai catatan, capital inflow di pasar saham pada kemarin Selasa terpantau cukup signifikan mencapai Rp2,20 triliun. Ini merupakan inflow terbesar sejak 29 Juni lalu. 

Dari sisi teknikal, Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji, menilai IHSG bergerak mixed to higher setelah indikator RSI berpeluang membentuk pola golden cross dan masih berada dalam fase uptrend.

Nafan juga menyoroti sentimen geopolitik, yakni rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada 15 Agustus 2025 untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

Selain itu, ia menegaskan komitmen The Fed yang berpotensi menurunkan suku bunga dua kali pada tahun ini, masing-masing pada September dan Desember 2025.

Meski demikian, Nafan mengingatkan pentingnya langkah pemerintah untuk mendorong realisasi investasi demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2%.

"Pemerintah perlu mendorong realisasi investasi, terutama penanaman modal asing (PMA) dengan kemudahan perizinan dan regulasi," ujarnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation