
Ekspor Tembakau, Rokok & Cerutu Ngebul: Nilainya Bikin Geleng-Geleng!

Jakarta, CNBC Indonesia- Tembakau masih menjadi salah satu komoditas perkebunan andalan Indonesia yang berkontribusi besar terhadap ekspor nonmigas.
Selain bentuk mentah, produk olahan tembakau seperti rokok, cerutu, dan tembakau olahan berhasil menembus pasar global dengan pertumbuhan yang impresif.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren ekspor tembakau mentah relatif stagnan pada 2024, sementara industri pengolahannya justru mencatat lonjakan tajam baik dari sisi volume maupun nilai.
Tembakau Mentah, Stagnan Tapi Bernilai Lebih Tinggi
Dalam lima tahun terakhir, ekspor tembakau mentah RI bergerak fluktuatif. Tahun 2020, volume ekspor tercatat 8,8 ribu ton dengan nilai US$63,7 juta atau sekitar Rp1,05 triliun (kurs Rp16.500/US$). Setahun kemudian, volumenya turun menjadi 7,7 ribu ton, namun nilainya justru naik menjadi US$73,8 juta.
Lonjakan signifikan terjadi pada 2022, saat volume ekspor tembakau mentah mencapai 13,8 ribu ton dengan nilai US$106,3 juta. Tren ini kembali melemah pada 2023, di mana volume hanya 8,7 ribu ton dengan nilai US$86,7 juta. Pada 2024, volume sedikit menguat ke 8,8 ribu ton, sementara nilainya naik 20,1% menjadi US$104,2 juta atau sekitar Rp1,72 triliun.
Kenaikan nilai di tengah volume yang stabil ini menunjukkan adanya penguatan harga rata-rata di pasar internasional, yang bisa disebabkan oleh tingginya permintaan tembakau berkualitas dari Indonesia atau penyesuaian harga akibat inflasi global.
Industri Pengolahan Tembakau
Berbeda dengan komoditas mentah, industri pengolahan tembakau RI mencatat kinerja cemerlang pada 2024. Total volume ekspor melonjak 53,7% menjadi 224,4 ribu ton, sementara nilainya naik menjadi US$1,707 miliar atau sekitar Rp28,17 triliun.
Lonjakan ini tak datang dari satu subsektor.
Rokok kretek, yang menjadi identitas khas Indonesia, mencatat pertumbuhan luar biasa: volume ekspor naik 106% menjadi 26,8 ribu ton, sementara nilainya melonjak 72,8% menjadi US$347,6 juta (Rp5,73 triliun).
Kenaikan ini mencerminkan kuatnya permintaan internasional terhadap kretek, khususnya dari negara-negara dengan komunitas diaspora Indonesia dan pasar Asia Selatan.
Rokok dan cerutu lainnya juga menjadi pendorong utama, dengan volume ekspor bertambah 66,8 ribu ton dibanding 2023, mencapai 169,3 ribu ton. Nilainya pun meningkat menjadi US$1,059 miliar (Rp17,49 triliun), menunjukkan dominasi segmen ini dalam total ekspor produk olahan tembakau RI.
Sementara itu, tembakau olahan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku industri rokok di negara importir menunjukkan pertumbuhan lebih moderat. Volume ekspor pada 2024 turun sedikit menjadi 28,3 ribu ton, namun nilainya tetap naik menjadi US$299,8 juta (Rp4,94 triliun), menandakan peningkatan harga jual rata-rata.
Nilai tambah dari pengolahan adalah kunci dalam mengangkat daya saing ekspor tembakau RI. Meski volume tembakau mentah stagnan, lonjakan pada segmen olahan mampu mengerek nilai total devisa secara signifikan.
Permintaan rokok kretek di luar negeri, yang sebelumnya sempat tertahan oleh pembatasan logistik dan kebijakan kesehatan selama pandemi, kini kembali pulih. Produk ini bukan hanya diminati karena cita rasa uniknya, tetapi juga membawa nilai kultural yang membedakan Indonesia dari produsen tembakau lain.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
