Crazy Rich Dunia Buru Mutiara Indonesia, Ekspor Capai Triliunan Rupiah

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
11 August 2025 12:07
A natural pearl and diamond pendant once owned by Marie Antoinette is held by a model during a press preview ahead of the upcoming auction
Foto: Liontion mutiara milik mantan Ratu Prancis Marie Antoinette. (REUTERS/Denis Balibouse)

Jakarta, CNBC Indonesia- Mutiara hasil budidaya Indonesia kembali memancarkan pesonanya di pasar global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor mutiara RI pada 2024 mencapai US$90,2 juta atau setara Rp1,49 triliun (kurs Rp16.500/US$). Meski turun dari capaian tertinggi pada 2023 yang mencapai US$110,5 juta, tren lima tahun terakhir tetap menunjukkan peningkatan signifikan.

Dalam rentang 2020-2024, ekspor mutiara Indonesia berfluktuasi namun cenderung naik. Tahun 2020 tercatat US$38,1 juta, naik tipis ke US$41 juta pada 2021, lalu menguat ke US$51,5 juta di 2022. Puncaknya terjadi di 2023 dengan lonjakan nilai ekspor hingga 114,57% dibanding 2022, sebelum terkoreksi di 2024.

Indonesia saat ini menempati posisi sebagai eksportir mutiara terbesar keempat di dunia, bersaing dengan Hong Kong, Jepang, dan China. Keunggulan mutiara RI terletak pada kilau alami, ketahanan, serta metode budidaya berkelanjutan yang menjamin kualitas tinggi. Kondisi perairan di Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua Barat, Jakarta, dan Bali menjadi faktor kunci, dengan suhu, kadar garam, dan keasaman yang ideal bagi pertumbuhan tiram penghasil mutiara.

Pada 2023, Jepang menjadi tujuan utama ekspor mutiara RI dengan porsi 47,6% dari total pengiriman. Hong Kong menyusul dengan 31,6%, diikuti Australia 18,9%. Tingginya minat dari tiga negara ini tidak lepas dari reputasi mereka sebagai pusat industri perhiasan mewah dunia, yang membutuhkan pasokan mutiara berkualitas tinggi secara konsisten.

Selain faktor alam, kemampuan Indonesia mempertahankan standar kualitas juga didukung oleh inovasi budidaya. Pelaku usaha di sentra produksi seperti NTB, Maluku, dan Papua Barat telah mengadopsi teknik pembenihan dan pendederan yang lebih modern, sekaligus memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Peningkatan signifikan terlihat di Maluku, yang pada 2023 mencatat kenaikan nilai ekspor hingga 205,26%.

Meski 2024 mencatat penurunan nilai ekspor sekitar 18,4% dibanding 2023, potensi pasar masih terbuka lebar. Persaingan global memang ketat, terutama dari Hong Kong dan Jepang yang juga menjadi produsen, namun daya tarik mutiara RI tetap kuat berkat diferensiasi kualitas.

Ke depan, strategi untuk mempertahankan momentum ekspor mencakup diversifikasi pasar, promosi merek "Mutiara Indonesia" di kancah internasional, serta investasi pada teknologi budidaya yang lebih efisien.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation