Harga Batu bara Jeblok 4 Hari: Asia Mulai Menjauh, Jerman Mendekat

mae, CNBC Indonesia
07 August 2025 07:05
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melemah meski banyak berita positif

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (6/8/2025) ditutup di posisi US$ 116,1 per ton, atau turun 0,77%. Pelemahan ini memperpanjang derita batu bara yang sudah melemah empat hari beruntun dengan pelemahan mencapai 1,1%.

Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh turunnya impor batu bara termal Asia. Kabar baik dari Jerman dan China bahkan tidak mampu menyokong pasir hitam.

Data menunjukkan impor batu bara thermal Asia melalui laut turun hampir 8% pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan pembelian dari Jepang dan Korea Selatan bahkan tidak mampu menutupi penurunan dari dua importir terbesar, China dan India, yang dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan produksi dan stok domestik mereka.

Total impor batu bara termal yang umumnya digunakan untuk pembangkit listrik mencapai 70,66 juta metrik ton pada Juli 2025. Jumlah inianjlok 7,8% secara tahunan (year on year/yoy).

Sementara itu, kabar baik mulai datang dari China dan Jerman.
Harga batubara termal di China diperkirakan tetap kuat dalam jangka pendek, dengan kecenderungan bullish karena pasokan terbatas dan terganggunya produksi di area-area.

Pasokan terganggu karena gangguan cuaca (hujan) serta keterbatasan ketersediaan batubara di pelabuhan utara (northern ports).

Meskipun sempat ada penurunan harga akibat tren impor yang melemah dan pasokan domestik tinggi, fokus saat ini bergeser pada keketatan distribusi di pelabuhan dan gangguan operasional tambang.

Dari Jerman, produksi listrik dari batubara keras (hard coal) di Jerman meningkat sebesar 23,3% pada januari-Juni 2025 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Lonjakan ini terjadi meskipun penggunaan batubara impor secara keseluruhan tetap stabil, karena sektor industri baja menurunkan penggunaan batubara keras sebesar 12%, seiring menurunnya produksi baja/pig iron.

Peningkatan drastis dalam pembangkitan listrik dari batubara ini disebabkan oleh penurunan output dari tenaga angin dan hidro, yang membuat pembangkit termal berbahan bakar fosil menjadi pilihan alternatif untuk menjamin pasokan listrik yang.

Total konsumsi energi Jerman naik 2,3% pada semester I-2025, mencapai 187,3 juta ton ekuivalen batubara, karena cuaca lebih dingin dan pertumbuhan ekonomi sedikit lebih tinggi. Konsumsi gas alam naik 4,7%, sedangkan minyak pemanas ringan meningkat hampir 18%.

Sekitar 25% energi listrik dihasilkan dari fotovoltaik sementara produksi energi angin turun 30% dan hidro turun 23%.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation