Ekonomi RI Tumbuh Tinggi Tapi Properti Gigit Jari Hingga Rugi

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
06 August 2025 14:20
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi yang tinggi nyatanya tidak tercermin di sektor properti. Sektor properti pada paruh pertama 2025 masih banyak yang babak belur. Hanya dua emiten yang laba-nya masih bertumbuh, yaitu PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% (year on year/yoy) pada kuartal II-2025, angka ini adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau dua tahun terakhir. Secara kumulatif,  ekonomi tumbuh 4,995% pada semester I-2025.

Pertumbuhan nyaris 5% ini justru tidak tercermin di sektor properti.

Semester I/2025 menjadi periode yang cukup berat bagi sektor properti di Indonesia. Tekanan muncul dari berbagai sisi, mulai dari deflasi beruntun yang mencerminkan lemahnya permintaan, hingga daya beli masyarakat yang terus menurun.

Kondisi ini makin diperburuk oleh pelemahan di segmen kelas menengah, kelompok yang selama ini menjadi motor utama penjualan rumah tapak dan apartemen mid-market.

Banyak dari mereka mulai menunda keputusan besar seperti membeli properti karena tekanan ekonomi dan ketidakpastian penghasilan. Alhasil, sejumlah emiten properti mencatat penurunan tajam dalam laba bersih, bahkan beberapa kembali membukukan kerugian.

Upaya Bank Indonesia memangkas suku bunga hingga 75 bps menjadi 5,25% pada tahun ini juga belum berdampak positif ke properti.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang mencerminkan permintaan terhadap hunian dan sektor real estat, mengalami perlambatan cukup tajam dari 8,9% pada Maret menjadi hanya 7,7% pada Juni 2025.

Data BPS menunjukkan pertumbuhan real estate menunjukkan perbaikan pada kuartal II-2025 dengan tumbuh 3,7$ (yoy).

Namun, perbaikann tersebut belum tercermin di laba perusahaan.

CNBC mencatat delapan emiten properti yang sudah merilis laporan keuangan semester I/2025, diantaranya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

Dari delapan emiten itu, APLN yang kelihatan paling sulit dengan rugi yang semakin membengkak hampir empat kali lipat, dari Rp27,8 miliar menjadi Rp109 miliar.

BEST juga babak belur dari sebelumnya masih untung Rp10,9 miliar berbalik jadi rugi Rp58,5 miliar. Lainnya, juga terpantau mengalami penurunan pertumbuhan laba, bahkan ada yang sampai lebih dari 90% yaitu DILD.

Hanya ada dua yang masih mencatat pertumbuhan ciamik yaitu PWON dan ASRI. Berikut rinciannya :

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation