
Sentimen Pasar Pekan Depan, Menanti PDB dan Neraca Dagang China

Jakarta, CNBCÂ Indonesia- Sejumlah data domestik seperti pertumbuhan ekonomi kuartal II, posisi cadangan devisa, serta hasil survei konsumen Bank Indonesia menjadi perhatian pelaku pasar pada minggu ini. Dari mancanegara, data perdagangan China serta aktivitas sektor jasa Amerika Serikat diperkirakan akan memberi warna pada arah indeks saham dan nilai tukar rupiah.
Pasar Menanti Data PDB RI, Proyeksi Melambat
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk kuartal II-2025 pada minggu ini. Pasar memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahunan (year-on-year/yoy) melambat ke kisaran 4,8%-5%, turun dari 5,11% yoy pada kuartal sebelumnya yang diumumkanpada Mei lalu. Pelambatan diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya daya beli masyarakat dan normalisasi belanja fiskal.
Sementara itu, belum tersedia konsensus pasar mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq).
Namun, pelaku pasar akan mencermati angka tersebut untuk mendeteksi potensi pelemahan momentum pemulihan ekonomi.
Cadangan Devisa Naik Tipis, Tapi Masih Kuat
Bank Indonesia telah merilis posisi cadangan devisa per akhir Juni 2025 yang mencapai US$ 152,6 miliar, naik tipis dari US$ 152,5 miliar pada Mei. Melansir dari Bank Indonesia, kenaikan ini ditopang oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerbitan global bond pemerintah. BI menyatakan bahwa cadangan tersebut cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh melampaui standar internasional sebesar tiga bulan impor.
Kondisi ini mencerminkan ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Namun, nilai tukar rupiah masih menghadapi tekanan dari arus keluar modal asing dan penguatan dolar AS.
China Rilis Neraca Dagang, Pasar Regional Menanti
Dari sisi global, pelaku pasar akan mencermati rilis data neraca perdagangan China untuk periode Juli 2025. Konsensus memperkirakan surplus dagang China meningkat menjadi sekitar US$ 114 miliar, naik dari US$ 103,5 miliar pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini diperkirakan ditopang oleh ekspor yang tumbuh di tengah permintaan dari negara berkembang, termasuk ASEAN.
Sebagai mitra dagang utama Indonesia, perkembangan perdagangan luar negeri China akan memengaruhi kinerja ekspor dan arus modal di kawasan Asia, termasuk IHSG dan rupiah.
Sektor Jasa AS Jadi Sorotan, Imbas ke Suku Bunga Global
Dari Amerika Serikat, data penting yang akan dirilis adalah ISM Services PMI untuk Juli, yang dijadwalkan keluar pada 6 Agustus 2025. Indeks tersebut terakhir berada di 50,8, sedikit di atas ambang batas ekspansi. Namun, komponen harga jasa (Prices Paid) naik menjadi 67,5, menunjukkan tekanan inflasi dari sektor jasa belum mereda.
Jika tekanan harga tetap tinggi, hal ini berpotensi memperkuat posisi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Sentimen ini akan memengaruhi pergerakan dolar AS, yield obligasi, dan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Survei Konsumen BI: Cerminan Keyakinan Domestik
Dari dalam negeri, Bank Indonesia juga akan merilis Survei Konsumen periode Juli 2025 pada pekan ini. Melansir dari Bank Indonesia, indikator ini menjadi acuan awal untuk memetakan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi, inflasi, dan pengeluaran rumah tangga.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sempat melemah dalam beberapa bulan terakhir, seiring naiknya harga pangan dan energi. Hasil survei ini akan diperhatikan pasar untuk mengukur kekuatan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari separuh PDB nasional.
CNBCÂ Indonesia Research
(emb/emb)