
Jadi Tumbal Tarif Trump dan AI, 10 Pekerjaan Ini Rawan PHK 2025

Jakarta, CNBC Indonesia — Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali mengguncang Amerika Serikat sepanjang paruh pertama 2025.
Berdasarkan data dari Challenger, Gray & Christmas, hingga 30 Juni 2025, sebanyak 744.000 pekerja terkena PHK, hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu.
Yang mengejutkan, justru pemerintah AS menjadi sektor dengan pemangkasan tenaga kerja terbesar. Sepanjang enam bulan pertama 2025, total 288.600 pekerja pemerintah telah terkena PHK, atau setara 39% dari seluruh PHK nasional.
Mayoritas PHK terjadi di tingkat pemerintah federal, didorong oleh kebijakan penghematan dan restrukturisasi yang diberi label "DOGE actions." Banyak pegawai negeri memilih pensiun dini atau menerima buyout karena ketidakpastian. Washington, D.C. menjadi episentrum pemangkasan tenaga kerja.
Ritel dan Teknologi, Tumbal Ketidakpastian Tarif & AI
Industri ritel menjadi korban berikutnya dengan 79.900 PHK, melonjak lebih dari tiga kali lipat dibanding paruh pertama 2024. Dampak dari kebijakan tarif dan tekanan terhadap daya beli konsumen membuat banyak perusahaan ritel melakukan efisiensi besar-besaran.
Di sektor teknologi, jumlah PHK naik 27% dibanding tahun sebelumnya. Raksasa seperti Microsoft telah memangkas sedikitnya 15.000 posisi, sementara Intel mengumumkan pemangkasan 15% tenaga kerja global demi meredam biaya operasional. Percepatan adopsi AI disebut sebagai alasan utama efisiensi ini.
Lonjakan PHK lintas sektor ini menandakan tekanan struktural terhadap pasar tenaga kerja AS, dari perubahan teknologi hingga dinamika kebijakan pemerintah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(emb/emb)