
Kebakaran Berjamaah: Laba Emiten Batu bara Ambruk Puluhan Persen

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor batu bara makin nyata mengalami masa yang sulit pada paruh pertama 2025. Tercermin dari laba-nya yang turun dalam.
CNBC Indonesia melakukan rekap dari beberapa emiten batu bara berikut, mulai dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Dari sederet emiten itu terpantau laba-nya anjlok pada semester I/2025, paling parah terjadi pada CUAN dengan laba turun lebih dari 90%, kemudian diikuti INDY dan BUMI, masing-masing terpuruk 89% dan 75%. Berikut rinciannya :
Kondisi laba emiten batu bara yang jeblok parah ini sebenarnya bukan hal yang aneh. Mengingat, harga komoditas batu bara sudah turun dalam pada tahun ini.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (31/7/2025) ditutup di posisi US$ 117,4 per ton, atau naik tipis 0,27% dalam sehari. Sayangnya, dari awal tahun, harga energi fosil ini masih terjerembab di zona merah lebih dari 8%.
Sudah tiga tahun terakhir ini, secara tahunan harga batu bara juga terus turun. Paling parah terjadi pada 2023 yang anjlok lebih dari 60%, kemudian pada 2024 susut nyaris 15%.
Namun, dua tahun itu penurunan harga batu bara bisa dibilang sebagai normalisasi karena pada 2022 terjadi anomali di mana harga batu bara terbang ke atas level US$ 400 per ton.
Di masa saat ini, harga batu bara yang berada di level US$ 100 per ton. Sebenarnya, masih di level yang cukup menguntungkan untuk perusahaan dengan cash cost yang terjadi di sekitar US$ 50 - 75 per ton.
Namun, melihat pertumbuhan laba yang turun membuat harga saham-nya kena imbasnya.
Kecuali saham CUAN, yang masih tetap moncer harganya karena di bawah naungan grup Prajogo Pangestu, semua saham energi fosil sejak awal tahun masih terpantau di zona merah sebagai berikut :
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
