
Adu Kinerja BRI hingga BNI: Siapa Raja Kredit & Panen DPK?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari pertama perdagangan Agustus, musim rilis kinerja keuangan masih ramai dan menyelimuti sentimen pasar saham.
Beberapa perbankan big caps telah merilis kinerja keuangannya. Hal ini pun menjadi landasan bagi para investor untuk kembali melirik saham perbankan dari hasil kinerja keuangannya selama enam bulan pertama tahun ini.
Tiga perbankan big caps telah merilis kinerja keuangannya di sepanjang semester I 2025, mulai dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), hingga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Ketiganya masih konsisten dalam membukukan laba bersih dan menjaga rasio kredit bermasalah di kisaran yang aman.
Bank BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp26,53 triliun sepanjang semester I-2025. Perolehan itu turun 11,25% secara tahunan (yoy), dari setahun sebelumnya sebesar Rp29,89 triliun.
Mengutip laporan keuangan kuartal kedua yang dipublikasikan di media massa, pendapatan bunga BRI sebenarnya naik 2,6% yoy menjadi sebesar Rp102,37 triliun. Beban bunga ikut terkerek 2,07% yoy menjadi Rp29,10 triliun.
Alhasil, pendapatan bunga bersih tercatat naik 2,8% yoy menjadi sebesar Rp73,27 triliun. Akan tetapi, rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) terkikis dari 6,81% menjadi 6,58%.
BRI pada enam bulan pertama tahun ini diketahui mencatatkan sejumlah kenaikan pada beban operasional. Seperti beban tenaga kerja naik 5,34% yoy menjadi Rp21,73 triliun, dan beban lainnya melambung 87,8% yoy menjadi Rp44,94 triliun.
Laba operasional tercatat turun 9,20% yoy menjadi Rp35 triliun. Lantas, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat naik jadi 71,80% dari sebelumnya 67,38%.
Pada fungsi intermediasi, penyaluran kredit BRI yang tercatat sebesar Rp1.416,62 triliun, tumbuh 5,97% yoy pada semester I-2025. Dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.137,84 triliun, dengan komposisi sebesar 80,32% terhadap total portofolio kredit.
Kualitas kredit pun berangsur membaik pada enam bulan pertama tahun ini, dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross turun jadi 3,23% dan NPL net sebesar 0,99%.
Pada penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga sebesar Rp1.482,12 triliun pada semester I-2025, tumbuh 6,65% yoy. Dengan komposisi dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sebesar 65,51%.
Dengan begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BRI secara konsolidasi menjadi sebesar 84,97%.
Aset BRI naik 6,52% yoy menjadi sebesar Rp2.098,23 triliun pada semester I-2025.
Bank BNI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp10,09 triliun pada semester I-2025. Jumlah itu turun 5,58% secara tahunan atau year on year (yoy) dari perolehan Rp10,69 triliun pada periode yang sama setahun sebelumnya.
Mengutip laporan keuangannya, pendapatan bunga bersih BNI naik 2,33% yoy dari Rp19,07 triliun menjadi Rp19,51 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Margin bunga bersih atau net interest income (NIM) BNI pun menurun dari 4,02% menjadi 3,83% sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Pada fungsi intermediasi, BNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp778,68 triliun sepanjang semester I-2025, meningkat 7,11% yoy dari setahun sebelumnya Rp726,98 triliun.
Kualitas aset kredit BNI ikut membaik, dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) turun menjadi 1,95% dari 1,98%. Sementara NPL net naik tipis dari 0,62% menjadi 0,69%.
Pada pendanaan, BNI telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 899,86 triliun pada semester I-2025. Jumlah itu naik 16,51% yoy dari sebelumnya Rp772,32 triliun.
Total aset BNI tercatat naik 12,05% yoy menjadi Rp1.201,65 triliun dari sebelumnya Rp1.072,45 triliun.
Bank BCA
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp29 triliun sepanjang semester I-2025. Jumlah itu meningkat 8% secara tahunan atau year on year (yoy).
Mengutip laporan keuangannya yang berakhir pada 30 Juni 2024, pendapatan bunga tercatat sebesar Rp49,37 triliun, naik 7,03% yoy. Beban bunga ikut terkerek 8,83% yoy menjadi Rp6,73 triliun.
Alhasil, pertumbuhan pendapatan bunga bersih naik 6,75% yoy menjadi Rp42,64 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BCA naik menjadi 5,78% sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Pada fungsi intermediasi, bank swasta terbesar RI itu membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,9% yoy menjadi Rp959 triliun per Juni 2025. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross menurun ke 2,47% dari 2,70%. Sedangkan NPL net turun menjadi 2,17% dari 2,20%.
Total dana pihak ketiga (DPK) naik 5,7% yoy menyentuh Rp1.190 triliun per Juni 2025. Dana giro dan tabungan (CASA) secara konsolidasi berkontribusi sekitar 82,5% dari total DPK, tumbuh 7,3% mencapai Rp982 triliun.
Rasio perbandingan pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BCA masih longgar, berada di posisi 78,04%, naik dari setahun sebelumnya 72,74%. Meski meningkat, angka tersebut hanya melewati tipis batas bawah Giro Wajib Minimum LDR Bank Indonesia (BI), yakni 78%-92%.
Sebagai informasi, posisi LDR BCA baru memenuhi ketentuan BI tersebut pada akhir tahun lalu, di posisi 78,4%. Dua tahun berturut-turut sebelumnya, LDR bank itu berada jauh di bawah batas bawah, yakni sebesar 65,2% di tahun 2022 dan 70,2% di tahun 2023.
Di sisi lain, BCA mencatatkan penempatan surat berharga yang dimiliki sebesar Rp386,42 triliun sepanjang semester I-2025. Kepemilikan itu meningkat 3,7% yoy dari Rp372,64 triliun setahun sebelumnya.
Jika dilihat dari data di atas, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit terbesar sementara BNI mampu mencatatkan lonjakan dana murah DPK paling tinggi.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)