Catat! 22 Emiten Ini Bayar Dividen Pekan Ini, Ada Punya Kamu?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
28 July 2025 08:40
dividen
Foto: dividen

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembagian dividen selalu menjadi perhatian dan fokus bagi investor maupun trader karena berkaitan langsung dengan strategi investasi, manajemen risiko, dan potensi keuntungan.

Dividen menjadi salah satu bentuk return nyata bagi investor. Terutama bagi investor jangka panjang, seperti investor income-based, dividen memberikan arus kas rutin tanpa perlu menjual saham.

Pembagian dividen juga sering dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik dan menghasilkan laba yang cukup. Dividen naik memberi sinyal bahwa manajemen percaya laba perusahaan akan stabil atau naik. Sementara itu, dividen turun atau bahkan tidak dibagikan bisa memicu kekhawatiran investor bahwa perusahaan sedang bermasalah.

Selain itu, dividen dapat mempengaruhi harga saham dalam dua cara. Pertama, menjelang cum date (tanggal terakhir untuk berhak menerima dividen) biasanya harga saham cenderung naik karena investor ingin mendapatkan dividen. Kedua, ex date (hari perdagangan tanpa hak dividen) biasanya harga saham cenderung turun sebesar jumlah dividen karena nilai kas telah keluar dari perusahaan.

Beberapa trader pun menggunakan strategi berbasis dividen seperti dividend capture strategy, dimana membeli saham tepat sebelum cum date dan menjualnya setelah ex date, berharap mendapatkan dividen dan capital gain dari lonjakan harga.

Sayangnya dalam pekan ini, CNBC Indonesia Research hanya menemukan satu emiten yang siap cum date dividen pada pekan ini yakni PT PAM Mineral Tbk (NICL).

Selain itu, CNBC Indonesia Research telah mencatat 21 emiten yang dijadwalkan akan melaksanakan pembayaran dividen pekan ini pada 28 Juli-1 Agustus 2025.

Menariknya selain ramainya emiten yang bagi-bagi dividen, pada pekan ini juga akan ramai rilis kinerja keuangan dari beberapa emiten. Terpantau beberapa emiten bukan hanya siap dalam menebar dividen, tetapi juga terpantau telah merilis kinerja keuangannya.

Emiten tambang nikel milik konglomerat Christopher Sumasto Tjia, PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatat peningkatan laba sebesar 386,51% pada paruh pertama tahun 2025.

Melansir laporan keuangan terbaru, laba neto periode berjalan perseroan tercatat Rp358,07 miliar pada semester satu 2025. Angka ini naik dari perolehan periode sebelumnya sebesar Rp73,59 miliar.

Kenaikan laba emiten pertambangan tersebut ditopang oleh lonjakan penjualan sebanyak 152,07% ke Rp 1,05 triliun. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 419,19 miliar.

Direktur Utama Perseroan Ruddy Tjanaka mengatakan, penjualan tersebut dikontribusi oleh peningkatan volume penjualan nikel dari 707.597 mt menjadi 1.885.433 mt atau meningkat sebesar 166,46%.

"Sejak akhir tahun 2024, harga acuan nikel domestik mengalami penurunan sebesar 3,80% sejalan dengan tren global dan euforia pasar kendaraan listrik yang mulai normal serta meningkatnya permintaan baja stainless steel. Kami melihat bahwa penurunan harga nikel tersebut merupakan koreksi positif dan sudah diprediksi oleh perseroan," ungkap Ruddy, dikutip Senin (21/7/2025).

Perseroan memperkirakan pada semester dua tahun 2025 ini, harga nikel masih bergerak fluktuatif imbas dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat. Namun,industri nikel domestik memiliki peluang strategis dimana adanya ketegangan antara China dan negara barat yang membuat banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis.

Selain itu, NICL juga akan membagikan dividen interim untuk periode yang berakhir pada Juni tahun buku 2025 sebesar Rp 159 miliar atau setara Rp 15 per saham, yang bersumber dari laba bersih perseroan pada semester I-2025 sebesar Rp 358 miliar.

NICL memutuskan pembagian dividen setelah mempertimbangkan beberapa ketentuan, dimana setoran dividen tidak membuat kekayaan bersih perseroan lebih kecil dari modal. Dalam laporannya, NICL menyatakan, setelah perseroan membayarkan dividen interim sebesar Rp 159 miliar, jumlah kekayaan bersih perseroan per 30 Juni 2025 sebesar Rp 787 miliar.

Hal ini berarti jumlah kekayan bersih NICL masih lebih besar ketimbang jumlah modal disetor dan cadangan wajib perseroan. Kondisi ini mencerminkan performa keuangan perseroan yang positif karena kebutuhan operasional dapat dipenuhi dari dana kas internal yang saat ini dalam kondisi surplus.

Pembagian dividen juga tidak akan mengganggu atau menyebabkan perseroan tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada kreditur atau mengganggu kegiatan perseroan.

Adapun, pembagian dividen telah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris untuk selanjutnya ditetapkan Direksi. Ketiga ketentuan tersebut sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation