
Ramai Akuisisi! Ini 7 Saham yang Dicaplok Konglomerat

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak dipungkiri tahun ini menjadi babak kedua saham konglo semakin menguasai bursa saham Tanah Air. Salah satu triggernya adalah aksi korporasi saling mencaplok saham yang membuat dominasi kuat.
CNBC Indonesia merangkum ada tujuh emiten yang ramai mendapat perhatian karena diakuisisi grup konglomerasi :
1. Grup Djarum Akuisisi HEAL
Pada pertengahan 2025, Grup Djarum melalui entitas investasi PT Dwimuria Investama Andalan resmi mengakuisisi PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Akuisisi ini dilakukan dengan membeli 559,18 juta lembar saham treasury, setara 3,6% dari total saham HEAL.
Transaksi ini dilakukan di harga Rp1.875 per saham, dengan nilai total mencapai Rp1,04 triliun. Langkah ini menjadi bagian dari strategi GrupDjarum untuk memperluaseksposur ke sektor layanan kesehatan setelah sebelumnya aktif di sektor perbankan, telekomunikasi, dan infrastruktur digital.
2. Grup Djarum Akuisisi DATA melalui TOWR
Grup Djarum juga memperluas ekspansi ke sektor data center melalui akuisisi PT Daya Mitra Telekomunikasi Tbk (DATA) oleh anak usahanya PT Iforte Solusi Infotek, yang berada di bawah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Pada 30 April 2025, TOWR mengakuisisi 40% saham DATA atau sekitar 550 juta lembar saham senilai Rp535,7 miliar.
Akuisisi ini memperkuat posisi Grup Djarum di sektor menara dan infrastruktur digital, menjadikan mereka salah satu pemain terdepan dalam konsolidasi industri menara telekomunikasi dan data center di Indonesia.
3. Grup Djarum Akusisi SSIA
Selain sektor kesehatan dan telekomunikasi, Grup Djarum juga masuk ke industri kawasan industri dan properti lewat akuisisi saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).
Lewat anak usahanya Dwimuria Investama Andalan, Grup Djarum membeli sekitar 27,3% saham SSIA dari PT Arman Investment Utama, dalam transaksi yang diumumkan pada Mei 2025. Nilai transaksi ini mencapai sekitar Rp776 miliar, dan menandai langkah strategis Djarum untuk terlibat dalam pengembangan kawasan industri di Jawa Barat, termasuk proyek Subang Smartpolitan.
4. Grup Astra Akuisisi MMLP
Grup Astra melalui entitas strategisnya disebut tengah menjajaki akuisisi mayoritas saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP), perusahaan logistik dan pergudangan modern. Meski belum ada pengumuman resmi soal nilai dan porsi final, rumor pasar menyebut Astra berencana mengambil alih hingga 83,67% saham MMLP.
Sejauh ini belum ada harga resmi pembelian saham MMLP oleh ASII. Namun, kami mencoba menghitung dengan skenario saham MMLP terkini di kisaran Rp570 per lembar dan total saham beredar 6,98 miliar, akuisisi ini diperkirakan bernilai sekitar Rp3,3 triliun.
Strategi ini sejalan dengan ambisi Astra mendiversifikasi portofolio bisnisnya ke sektor properti logistik.
5. TPIA dan Glencore Akuisisi PCS Singapore
Pada awal 2025, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) bersama Glencore membentuk perusahaan patungan untuk mengakuisisi 50% saham PCS Pte. Ltd, operator Condensate Splitter Unit (CSU) milik Shell di Singapura.
Langkah ini merupakan bagian dari ekspansi regional TPIA dalam mengamankan bahan baku dan memperkuat rantai pasok di sektor petrokimia. Meskipun nilai transaksi tidak diumumkan secara publik, ini menandai langkah strategis dalam diversifikasi aset di luar Indonesia.
6. MEDC Akuisisi Fortuna International dari Repsol
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) resmi mengakuisisi seluruh saham Fortuna International (Barbados), anak usaha Repsol, dalam transaksi senilai US$425 juta. Kesepakatan ini diumumkan pada Juni 2025 dan ditargetkan rampung pada kuartal III tahun ini.
Sebagai catatan, Fortuna International mengelola aset gas strategis di kawasan Asia Tenggara. Akuisisi ini memperluas portofolio Medco di sektor hulu migas serta memperkuat posisinya di pasar gas internasional.
7. ANJT Dicaplok Ciliandra
Konglomerat sawit asal Indonesia yang berbasis di Singapura, Ciliandra Fangiono, melalui perusahaannya First Resources Limited, resmi mengakuisisi mayoritas saham PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) dalam transaksi yang berlangsung sepanjang Maret hingga Mei 2025.
Proses akuisisi dimulai pada 18 Maret 2025, ketika anak usaha First Resources, PT Ciliandra Perkasa, menandatangani Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) untuk mengambil alih 91,17% saham ANJT dari sejumlah pemegang saham utama seperti AKJ, MDN, dan keluarga Tahija.
Kemudian pada 11 April 2025, dilakukan perjanjian novasi yang mengalihkan hak dan kewajiban pembelian saham tersebut dari PT Ciliandra Perkasa ke First Resources Limited sebagai pihak pembeli akhir. Transaksi ini secara resmi diselesaikan pada 6 Mei 2025, dengan nilai mencapai sekitar Rp5,4 triliun atau setara US$329,75 juta.
Dengan akuisisi ini, First Resources menjadi pemegang saham pengendali, memperkuat posisi keluarga Fangiono di industri kelapa sawit Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)