BI Pangkas Bunga, 10 Saham Raksasa Ini Justru Diobral Asing

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
17 July 2025 10:30
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan beberapa saham big caps salah satunya perbankan justru kurang menggairahkan usai Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya pada hari kemarin.

BI menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 15-16 Juli 2025. Suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6%.

Penurunan suku bunga sejalan dengan makin rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%, terjaganya nilai tukar rupiah, serta perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.

Berdasarkan catatan, BI mempertahankan suku bunga sejak Mei hingga Juni 2025 di level 5,5%. Sebelumnya bank sentral menurunkan suku bunga dari level 5,75 ke 5,5%.

Meskipun BI memangkas suku bunga acuannya, justru beberapa saham perbankan terpantau masuk dalam jajaran Net Foreign Sell, bahkan beberapa saham big caps lainnya hingga saham konglomerasi Prajogo Pangestu juga masuk dalam aksi jualan asing pada perdagangan kemarin Rabu (16/7/2025).

Salah satu yang menjadi alasan deretan saham perbankan masuk dalam jajaran Net Foreign Sell di tengah BI memangkas suku bunga acuannya adalah turunnya pertumbuhan kredit perbankan pada periode Juni 2025.

Di hari yang sama, BI juga mengumumkan kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77% (yoy), anjlok dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43% (yoy).

Dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, di tengah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh meningkat menjadi 6,96% (yoy) pada Juni 2025.

Hal ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard). Dari sisi permintaan, perkembangan kredit ini juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong.

Berdasarkan penggunaan, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 12,53% (yoy), 8,49% (yoy), dan 4,45% (yoy) pada Juni 2025. Berdasarkan sektor, kredit sektor Perdagangan, Pertanian, dan Jasa Dunia Usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi. Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,37% (yoy), sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 2,18% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

BI akan terus mempererat koordinasi dengan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi. Dengan perkembangan dan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada dalam kisaran 8-11%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation