Harga Emas Bikin Frustasi: Kehilangan Arah, Gak Tahu Kapan Naiknya

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
16 July 2025 07:20
emas gold
Foto: emas gold

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali redup usai hasil inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda kenaikan sehingga memudarkan harapan untuk pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Penantian negosiasi tarif dagang juga menjadi landasan kejatuhan emas dan melesatnya indeks dolar AS.

Pada perdagangan Selasa (15/7/2025), harga emas dunia turun 0,64% di level US$3.322,18 per troy ons. Penurunan ini memperpanjang kejatuhan harga emas selama dua hari beruntun.

Pada perdagangan hari ini Rabu (16/7/2025) hingga pukul 06.34 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,23% di posisi US$3.329,79 per troy ons.

Harga emas turun pada perdagangan Selasa karena pelaku pasar menunggu pembaruan tarif, sementara laporan inflasi menunjukkan kenaikan harga konsumen AS yang telah lama diantisipasi bulan lalu. Indeks dolar AS juga melesat berhari-hari, hal ini mendorong emas makin melemah.

Pada perdagangan Selasa (15/7/2025), indeks dolar AS naik 0,55% di level 98,62. Kenaikan tersebut memperpanjang penguatan indeks dolar AS selama tujuh hari beruntun. Dolar yang menguat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Saya pikir pasar terus berfokus pada tarif, menjaga emas tetap stabil. Saya tetap optimis terhadap emas, meskipun kita berada dalam kisaran yang telah berlaku sejak pertengahan Mei," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, kepada Reuters.

 

Data inflasi Juni yang dirilis Selasa menunjukkan peningkatan dibandingkan Mei. Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,3% secara bulanan (mtm), sehingga tingkat inflasi tahunan berada di 2,7% (yoy).

Inflasi inti naik 0,2% secara bulanan, sedikit di bawah ekspektasi. Namun secara tahunan, CPI inti menanjak 2,9 (yoy).

Data ini memicu kekhawatiran terhadap dampak tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Trump pada Sabtu menyatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif 30% atas barang-barang dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus.

"Laporan inflasi AS terbaru secara praktis mengonfirmasi bahwa tarif Presiden Trump mendorong kenaikan harga konsumen pada Juni," kata Matthew Ryan, kepala strategi pasar di perusahaan jasa keuangan global Ebury, dikutip dari CNBC International.

Tarif Presiden Donald Trump terus memengaruhi perekonomian AS, meskipun risiko eskalasi lebih lanjut meningkat.

Trump mengumumkan pada hari Sabtu bahwa AS akan mengenakan tarif 30% terhadap Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus. Pada hari Senin, Trump mengancam akan mengenakan "tarif sekunder" terhadap mitra dagang Rusia, "sekitar 100%."

Sementara itu, dalam sebuah postingan di Truth Social, Trump mengatakan bahwa karena harga konsumen rendah, The Federal Reserve (The Fed) seharusnya menurunkan suku bunga. Ia telah bersikeras untuk memangkas suku bunga selama beberapa waktu.

The Fed kemungkinan akan dapat mulai memangkas biaya pinjaman jangka pendek pada September.

"Sejujurnya, emas seharusnya lebih bergairah. Ini tampaknya memperkuat pandangan bahwa kita membutuhkan pendorong baru untuk mendorong emas kembali naik melewati US$3.400 per troy ons," ujar Tai Wong, analis independen, kepada Reuters.

Kini investor tengah menanti data Indeks Harga Produsen AS yang akan dirilis pada Rabu untuk mendapatkan panduan.

Emas, aset tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, cenderung berkembang dalam lingkungan suku bunga rendah, karena tidak menawarkan hasil.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation