Sentimen Pekan Depan

Banjir Sentimen Pasar, IHSG Rawan Koreksi Pekan Depan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 July 2025 18:30
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor bersiap kembali ke perdagangan pasar keuangan pada esok hari. Bullishnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sepekan kemarin, membawa kekhawatiran rawan koreksi pada pekan depan.

Pada perdagangan sepekan kemarin, IHSG tercatat telah melesat 2,65% dan berhasil mendarat di level 7.047,44 pada penutupan perdagangan Jumat (11/7/2025).

Meskipun dalam sepekan kemarin IHSG bullish, akan tetapi pergerakan IHSG menciptakan GAP bawah yang kemungkinan akan ditutup segera. Sehingga dalam hal ini IHSG diperkirakan oleh para investor harus mengalami koreksi terlebih dahulu sebelum melanjutnya rally.

Namun, dalam pekan depan terdapat banyak sentimen baik dalam negeri maupun luar negeri yang dapat mendorong katalis IHSG untuk melanjutkan rally nya.

Neraca Dagang Hingga Eskpor Impor RI

Pada Selasa (15/7/2025), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca dagang RI beserta eskpor dan impor periode Juni 2025. Sebelumnya, neraca dagang pada Mei 2025 tercatat surplus US$4,3 miliar. Surplus ini lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya, yakni US$160 juta.

Posisi surplus US$4,3 miliar ditopang oleh nilai ekspor yang lebih tinggi sebesar US$24,61, dibandingkan impor US$20,31. Ini adalah surplus neraca perdagangan dalam 60 bulan beruntun atau nyaris 5 tahun.

Tercatat nilai ekspor US$111,98 miliar sepanjang Januari-Mei 2025. Angka tersebut naik 6,98% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Nilai ekspor migas US$5,92 miliar, merosot 11,26% dibandingkan periode yang sama di 2024. Adapun ekspor nonmigas naik ke US$106,06 miliar atau 8,22%.

Sementara, nilai impor Indonesia pada Januari-Mei2025 US$96,60 miliar atau naik 5,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Nilai impor migas senilai US$13,64 miliar atau merosot 7,44%. Sedangkan nilai impor non migas tercatat senilai US$82,96 miliar atau naik 7,92%.

BPS mengungkap Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menjadi negara-negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar pada Januari - Mei 2025. Indonesia surplus US$15 miliar dalam neraca perdagangan dengan ketiga negara tersebut.

Capaian surplus ini sesuai dengan perhitungan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sebelumnya, dia mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus US$4,9 miliar pada Mei 2025.

Suku Bunga BI

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunga RI pada Rabu (16/7/ 2025). Sebelumnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia periode 17-18 Juni 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25%.

Keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, kestabilan nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan BI-Rate guna mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial akomodatif terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan berbagai strategi untuk mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan. Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, serta penguatan infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran.

Kredit Perbankan

Dalam waktu bersamaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan mengumumkan tingkat pertumbuhan kredit perbankan. Sebelumnya OJK melaporkan industri perbankan menyalurkan kredit senilai Rp 7.998 triliun per Mei 2025, naik 8,43% secara tahunan (yoy).

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya, angka tersebut lebih rendah. Per April 2025, kredit bank tumbuh 8,88% yoy.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa berdasarkan jenis penggunaan, kredit investsi tumbuh paling tinggi, yaitu 13,74% yoy. Lalu diikuti oleh kredit konsumsi 8,82% yoy dan kredit modal kerja 4,94% yoy.

Berdasarkan kepemilikan, kredit bank kantor cabang luar negeri tumbuh paling tinggi 11,6% (yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit kepada korporasi naik 11,92% yoy, sedangkan UMKM masih lesu yaitu 2,17% yoy. Hal ini terjadi seiring dengan upaya perbankan fokus pemulihan kredit UMKM.

Dalam kredit macet, rasio kredit bermasalah (NPL) gross per Mei 2025 tercatat sebesar 2,29% naik 5 basis poin (bps) dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan turun 5 bps secara tahunan. Pada periode yang sama NPL net sebesar 0,85%, naik 3 bps secara bulanan dan naik 6 bps secara tahunan.

Adapun OJK juga mencatat margin perbankan tidak bergerak secara bulanan, yakni tetap 4,45%. Secara tahunan net interest margin (NIM) bank tergerus 11 bps.

Inflasi AS Diperkirakan Naik

Dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) akan merilis data inflasi periode Juni 2025 pada Selasa (15/7/2025) waktu AS. Setelah berbulan-bulan mengalami inflasi yang sangat rendah, indeks harga konsumen (IHK), alat pengukur inflasi AS kemungkinan mengalami pertumbuhan harga yang sedikit lebih cepat pada bulan Juni karena perusahaan mulai meneruskan biaya barang impor yang lebih tinggi terkait tarif.

Harga barang dan jasa, tidak termasuk biaya makanan dan energi yang fluktuatif, akan naik 0,3% pada bulan Juni, tertinggi dalam lima bulan, menurut survei Bloomberg terhadap para ekonom. Pada bulan Mei, indeks harga konsumen inti naik tipis 0,1%.

Indeks ini, yang dianggap sebagai indikator inflasi dasar yang lebih baik, diperkirakan akan meningkat secara tahunan untuk pertama kalinya sejak Januari, menjadi 2,9%.

Meskipun laporan hari Selasa kemungkinan hanya menunjukkan sedikit lebih banyak pengalihan bea masuk AS yang lebih tinggi, banyak ekonom memperkirakan inflasi akan meningkat secara bertahap seiring berjalannya tahun. Di saat yang sama, banyak pedagang ragu untuk menaikkan harga bagi konsumen Amerika yang menerapkan disiplin belanja yang lebih tinggi di tengah pasar tenaga kerja yang melemah. Ini adalah tindakan penyeimbangan yang rumit.

Angka penjualan ritel pada hari Kamis kemarin, diperkirakan hanya menunjukkan sedikit peningkatan di bulan Juni setelah dua bulan mengalami penurunan. Detail data tersebut, yang terutama mencerminkan pengeluaran untuk barang dagangan, akan membantu para ekonom memperkuat estimasi mereka untuk pertumbuhan ekonomi kuartal kedua.

Meskipun permintaan konsumen telah menurun seiring dengan pasar tenaga kerja, para pejabat The Federal Reserve telah menunda penurunan suku bunga karena kekhawatiran bahwa tarif yang lebih tinggi pada akhirnya akan mempercepat inflasi. Para pembuat kebijakan akan bertemu pada 29-30 Juli.

Harga Produsen AS

Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk periode Juni 2025, akan dirilis pada Rabu (16/7/2025) waktu AS. Sebelumnya, IHP AS pada periode Mei 2025 mengalami peningkatan sebesar 0,1%, setelah penurunan sebesar 0,2% yang direvisi pada bulan April, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

Hal ini berarti peningkatan sebesar 2,6% sepanjang tahun, dengan harga barang naik sebesar 1,3% dan harga jasa naik sebesar 3,2%, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

Neraca Dagang China

Pada awal pekan Senin (14/7/2025), dari negeri tirai bambu, China akan merilis data neraca dagang beserta ekspor dan impor periode Juni 2025. Sebelumnya, China mencatat surplus perdagangan dengan meningkat 25% dari tahun sebelumnya menjadi US$103,2 miliar pada bulan Mei.

Namun, pertumbuhan ekspor pada bulan Mei melambat secara signifikan dari lonjakan 8,1% pada bulan April ketika lonjakan pengiriman ke negara-negara Asia Tenggara mengimbangi penurunan tajam barang keluar ke AS. Pengiriman China ke AS anjlok lebih dari 21% pada bulan April, karena tarif yang sangat tinggi mulai berlaku.

Sementara secara tahunan, ekspor China ke AS anjlok 34,5% dibandingkan tahun lalu, menandai penurunan tertajam sejak Februari 2020, menurut Wind Information, ketika pandemi Covid-19 mengganggu perdagangan. Impor dari AS turun lebih dari 18%, dan surplus perdagangan China dengan Amerika menyusut 41,55% secara tahunan menjadi US$18 miliar.

Ekspor secara keseluruhan naik 4,8% bulan lalu dalam dolar AS dibandingkan tahun sebelumnya, data bea cukai menunjukkan pada hari Senin, lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 5%.

Impor anjlok 3,4% pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan drastis dibandingkan dengan ekspektasi para ekonom sebesar 0,9%. Impor telah menurun tahun ini, sebagian besar disebabkan oleh lesunya permintaan domestik.

Hal ini sebagian besar diimbangi oleh pengirimannya ke blok Asia Tenggara, yang melonjak hampir 15% dari tahun sebelumnya, dan pengiriman ke negara-negara Uni Eropa dan Afrika, yang masing-masing naik 12% dan lebih dari 33%.

Pertumbuhan Ekonomi China

Berlanjut pada Selasa (15/7/2025), China akan merilis data pertumbuhan domestic bruto (PDB) periode kuartal II 2025.

Pertumbuhan PDB China pada kuartal II 2025 diperkirakan sekitar 5,1% (yoy), melambat dari pertumbuhan 5,4% pada Q1. Perlambatan ini diperkirakan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dampak ketegangan perdagangan dengan AS, lemahnya permintaan konsumen, dan penurunan harga properti yang terus berlanjut. Meskipun diperkirakan terjadi perlambatan, proyeksi pertumbuhan 5,1% masih melampaui proyeksi 4,7% pada bulan April dan sejalan dengan target resmi untuk setahun penuh sekitar 5%.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation