Harga Emas Menggila Lagi, Bersiaplah untuk Pesta

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
08 July 2025 06:25
emas gold
Foto: emas gold

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia berhasil memangkas kerugian dan melaju ke level yang lebih tinggi usai presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif 25% pada Jepang dan Korea Selatan. Hal ini mendorong peningkatan terhadap permintaan safe haven di tengah penguatan dolar AS.

Harga emas diperkirakan akan menguat ke depan sejalan dengan ketidakpastian yang ditimbulkan tarif Trump.

Pada perdagangan Senin (7/7/2025), harga emas dunia naik 0,30% di level US$3.336,34 per troy ons. Kenaikan ini menjadi kabar baik setelah harga emas ambruk 0,9% pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Pada perdagangan hari ini Selasa (8/7/2025) hingga pukul 05.44 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,09% di posisi US$3.339,36 per troy ons.

Harga emas berhasil memangkas kerugian sebelumnya pada perdagangan Senin setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 25% untuk barang-barang dari Jepang dan Korea Selatan mulai 1 Agustus, yang mendorong minat terhadap aset safe haven, meskipun dolar AS yang kuat terus menambah tekanan pada logam kuning tersebut.

Pada perdagangan Senin (7/7/2025), indeks dolar AS/DXY menguat 0,53% di level 97,48. Dolar yang lebih kuat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, seharusnya membuat emas yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya.

"Emas bergerak naik sebagai reaksi terhadap tarif 25% Trump terhadap Korea dan Jepang. Sisanya bereaksi sebaliknya. Saham sedikit merosot," ujar Tai Wong, pedagang logam independen, kepada Reuters.

Setidaknya 14 negara akan menghadapi tarif impor tinggi secara menyeluruh mulai 1 Agustus, ungkap Presiden Donald Trump pada Senin.

Dalam serangkaian unggahan di media sosial, Trump membagikan tangkapan layar surat-surat resmi yang mengatur tarif baru kepada para pemimpin negara Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, dan Myanmar.

Beberapa jam kemudian, ia membagikan tujuh surat tambahan yang ditujukan kepada para pemimpin Bosnia dan Herzegovina, Tunisia, Indonesia, Bangladesh, Serbia, Kamboja, dan Thailand.

Pada Senin sore, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menunda tenggat waktu tarif yang semula jatuh pada Rabu menjadi 1 Agustus. Dalam perintah tersebut disebutkan bahwa keputusan itu diambil Trump "berdasarkan informasi tambahan dan rekomendasi dari berbagai pejabat senior."

Untuk sebagian besar negara, tarif baru AS ini hampir sama dengan tarif yang sebelumnya dikenakan setelah Trump mengumumkan tarif "Hari Pembebasan" pada 2 April lalu.

Kebijakan Trump ini diyakini akan memicu ketidakpastian sehingga menguntungkan emas.

Indeks saham utama turun setelah Trump mengenakan tarif terhadap Jepang dan Korea Selatan karena investor menunggu pengumuman lebih lanjut dalam negosiasi perdagangan Gedung Putih.

Pelaku pasar kini menunggu risalah rapat kebijakan terbaru The Fed dan pidato beberapa pejabat The Fed akan dirilis Kamis. Risalah ini untuk wawasan lebih lanjut tentang jalur kebijakan bank sentral.

Di tempat lain, bank sentral China menambahkan emas ke cadangannya pada bulan Juni untuk bulan kedelapan berturut-turut, data resmi dari People's Bank of China (PBOC) menunjukkan pada hari Senin.

"PBoC khususnya telah mendiversifikasi cadangan devisa secara substansial dan peningkatan ketidakpastian dan risiko geopolitik dapat mempercepat prosesnya," ujar Zain Vawda, analis di MarketPulse by OANDA.

Bank of America (BoA) dalam sebuah catatan mengatakan bank sentral membeli emas untuk mendiversifikasi cadangan, mengurangi ketergantungan pada dolar AS, dan melindungi terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi, seraya menambahkan bahwa pihaknya memperkirakan tren tersebut akan terus berlanjut.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation