
Dua Kutub Batu bara Adu Kuat: AS Gaspol, China Malah Injak Rem

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus menggeliat ditopang oleh kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Namun, perkembangan di China bisa menekan harga.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 114 per ton atau menguat 0,53% pada perdagangan Rabu (2/7/2025). Harga ini adalah yang tertinggi sejak 5 Februari 2025.
Penguatan kemarin juga memperpanjang rally batu bara. Dalam empat hari, harga batu bara sudah terbang 7,4%.
Peta Kekuatan Batu bara berubah: Amerika Mendukung, China Bisa Menekan Harga
Lanskap energi di Amerika Serikat (AS) sedang mengalami perubahan besar, didorong oleh keputusan kebijakan yang mendorong kebangkitan batubara, sekaligus mengungkap kerentanan sektor energi terbarukan.
Lanskap tersebut terlihat dari Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak yang baru saja disetujui senat AS.
Trump Bill memberi angin segar bagi industri batu bara dengan subsidi langsung dan pemangkasan insentif energi bersih. Versi Senat bahkan memperkuat posisi batu bara lebih jauh dibanding versi DPR, dengan menambahkan insentif pajak khusus untuk produsen batu bara.
Kebijakan ini bertujuan menggenjot produksi domestik dan menjaga lapangan kerja di sektor tambang.
Di sisi lain, subsidi untuk energi terbarukan seperti angin dan surya akan dihapus total setelah 2027, kecuali proyek yang sudah berjalan. Hasilnya, batu bara kembali kompetitif karena lawan utamanya tak lagi didukung fiskal.
Kebijakan di RUU tersebut diharapkan bisa meningkatkan permintaan global terhadap batu bara.
Serangkaian kebijakan legislatif dan eksekutif terbaru, mulai dari pencabutan moratorium sewa batubara federal hingga insentif pajak untuk batubara metalurgi.
Langkah ini telah menciptakan dorongan jangka pendek yang kuat bagi para penambang batubara. Sementara itu, penghapusan bertahap insentif pajak energi bersih dan subsidi kendaraan listrik (EV) menimbulkan risiko besar bagi perusahaan energi terbarukan dan produsen EV.
Bagi investor, dikotomi ini membuka peluang langka untuk mengalokasikan kembali modal secara taktis ke aset-aset terkait batubara, sekaligus mengambil posisi short terhadap sektor-sektor yang terpapar risiko hilangnya subsidi.
Sebaliknya, kabar buruk datang dari China dan India.
Pertumbuhan angkutan barang rel India melambat April_mei 2025 karena batu bara & semen lesu. Volume pengangkutan batubara dan semen relatif stagnan atau hanya naik 1% untuk batubara (209 juta ton)
Harga batu bara Kokas China Turun
Pasar batu bara kokas China mengalami penurunan harga pada Juni dibandingkan Mei, dipicu oleh rendahnya permintaan dan tingginya level persediaan.
Tren ini terjadi meskipun produksi telah dikurangi akibat inspeksi keselamatan dan lingkungan yang memengaruhi tambang-tambang di wilayah utara negara tersebut.
Namun, di akhir bulan, harga mulai stabil dan sentimen pasar membaik, terutama karena penurunan pasokan dari wilayah Shanxi serta peningkatan produksi pig iron (besi kasar) oleh pabrik-pabrik metalurgi. Meski begitu, kenaikan harga yang berkelanjutan masih dianggap tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Secara keseluruhan, stok Batubara kokas China telah meningkat selama dua bulan berturut-turut.
Namun, antara 23 hingga 27 Juni, stok mulai menurun secara signifikan, terutama karena penurunan produksi dan peningkatan penjualan oleh tambang-tambang. Berdasarkan survei terhadap 523 tambang, per 24 Juni total cadangan tercatat sebesar 11,47 juta ton, turun 4,5% dibandingkan minggu sebelumnya.
Menurut Kallanish, harga spot batubara kokas di Tiongkok (EXW, Anze) per 27 Juni tercatat sebesar $163,16 per ton.
Fitch Ratings, dalam pembaruan proyeksi terbarunya, memperkirakan harga batubara kokas akan tetap stabil dalam tiga tahun ke depan (2026-2028) pada level sekitar $180 per ton.
Proyeksi ini mencerminkan permintaan dari sektor baja China yang sedang lesu, yang diperkirakan hanya akan sebagian terkompensasi oleh permintaan baru dari produksi blast furnace di India dan Asia Tenggara.
Sementara itu, Departemen Industri, Sains, dan Sumber Daya Australia dalam laporan Juni memprediksi bahwa harga batubara kokas Australia akan bertahan di sekitar $200 per ton pada 2026 dan 2027, turun signifikan dari rata-rata $235 per ton pada 2024.
Adapun ekspor batubara kokas Australia pada tahun fiskal 2024/2025 (berakhir Juni) diperkirakan turun menjadi 147 juta ton akibat gangguan produksi. Namun, ekspor diperkirakan naik menjadi 160 juta ton pada 2025/2026, dan kembali meningkat menjadi 169 juta ton pada 2026/2027.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
