Review Sepekan

Harga Emas Bikin Cemas, Ambruk Nyaris 3% Pekan Ini

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 June 2025 08:15
Emas batangan
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terpantau ambruk pada perdagangan terakhir di pekan ini dan juga selama sepekan terakhir, di tengah membaiknya sentimen pasar global yang menjadi kabar buruk bagi emas.

Merujuk Refinitiv, harga emas di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (27/6/2025) ditutup di posisi US$ 3.272,99 per troy ons. Harganya ambruk 1,65%. Pelemahan kemarin memperpanjang derita emas yang diketahui sudah membentuk tren penurunan sejak 13 Juni lalu.

Bahkan, dalam sepekan terakhir saja, harga emas dunia juga ambruk 2,82%. Semenjak perdagangan 13 Juni lalu, emas terus mencetak penurunan dan hanya beberapa kali berhasil menguat, itupun hanya tipis-tipis saja.

Membaiknya sentimen pasar global menjadi kabar buruk bagi emas, karena emas merupakan salah satu aset safe haven, di mana aset ini akan cenderung diburu oleh investor ketika sentimen pasar memburuk.

"Perlambatan geopolitik telah memberikan peluang bagi investor untuk mulai mengambil untung karena prospek ke depan dari semacam perang kinetik dengan China dan perkembangan di Timur Tengah," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, dikutip dari Reuters.

Sentimen global membaik didorong oleh gencatan senjata antara Israel dengan Iran, sedikit meredanya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, dan meredanya inflasi di AS.

Investor saat ini masih memantau situasi di Timur Tengah seiring meredanya ketegangan geopolitik. Perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel terus berlaku setelah beberapa pertempuran kecil di awal.

Sementara itu, kesepakatan perdagangan antara AS dan China tentang cara mempercepat pengiriman logam tanah jarang ke AS dipandang oleh pasar sebagai tanda positif, membuat emas semakin merana.

Kesepakatan ini dicapai jauh sebelum tenggat 9 Juli, yang menandai akhir dari masa penangguhan 90 hari terhadap tarif "resiprokal" yang diterapkan Presiden Donald Trump.

Selain itu, Menteri Keuangan AS (menurut laporan News Story) menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan 18 mitra dagang utama AS bisa selesai sebelum libur Hari Buruh pada 1 September.

Namun yang ditunggu-tunggu oleh investor yakni inflasi konsumsi personal (Personal Consumption Expenditure/PCE), di mana laporan dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja konsumen secara tak terduga mengalami kontraksi sebesar 0,1% (month-to-month/mtm)pada Mei.

Meski tarif belum berdampak pada pertumbuhan harga, inflasi PCE tetap berada di atas target tahunan 2% milik The Fed. Inflasi PCE (year-on-year/yoy) mencapai 2,3% sementara PCE inti di ,7% (yoy) pada Mei 2025.

Laporan terpisah dari University of Michigan mengonfirmasi bahwa sentimen konsumen mengalami perbaikan pada Juni yakni menjadi 60,7 dari 52,2 pada Mei meskipun masih jauh di bawah lonjakan yang terjadi pasca pemilu pada Desember.

Pasar keuangan kini memperkirakan peluang sebesar 76% bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini pada September.

Sementara itu, proyeksi FedWatch dari CME menunjukkan kemungkinan pemangkasan suku bunga terjadi secepatnya pada Juli hanya sebesar 19%.

"Pasar ini cukup Tangguh. Investor sedang menunggangi momentum dan mencari peluang breakout. Mereka tidak ingin terjebak di sisi yang salah. Banyak investor sudah ketinggalan. Dan sekarang S&P mulai menggoda dengan rekor tertingginya." kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana, kepadaReuters.

Kondisi geopolitik dan ekonomi yang stabil mengurangi daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman sehingga mendorong investor beralih ke aset yang lebih berisiko, sementara suku bunga yang tinggi membuat emas kurang disukai karena sifatnya yang tidak memberikan imbal hasil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation