Daun Belimbing Tiba-Tiba Diburu Negara Asing, Ini Datanya

Emanuella B, CNBC Indonesia
27 June 2025 17:45
Pohon belimbing sayur. (Dok. perkebunan.bsip.pertanian)
Foto: Pohon belimbing sayur. (Dok. perkebunan.bsip.pertanian)

Jakarta, CNBC Indonesia — Belimbing tiba-tiba jadi tamu terhormat di negeri jauh Republik Dominika. Bukan buahnya, tapi justru daunnya, yang selama ini lebih sering diremehkan di dapur Nusantara membuka jalan baru bagi ekspor Indonesia di tengah tren global herbal dan pengobatan alami.

Republik Dominika secara mengejutkan mengimpor 6.000 kilogram daun belimbing dari Indonesia pada 2024. Nilai ekspor pun melesat hingga US$52.900, dari nol sama sekali pada periode 2019-2023. Langkah ini sekaligus mengukuhkan negara di Karibia itu sebagai pembeli terbesar baru untuk komoditas yang selama ini jarang diperhatikan.

Kinerja ekspor daun belimbing Indonesia secara keseluruhan memang menunjukkan lompatan mencolok. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor daun belimbing mencapai US$62.576 dengan volume 8.769 kg pada 2024.

Ini berarti ada kenaikan lebih dari 1.058% dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat ekspor senilai US$5.400 dan volume 2.125 kg. Ini bukan sekadar lonjakan, melainkan sinyal kuat bahwa dunia mulai membuka mata pada potensi tropis Indonesia yang terlupakan.

Jika menilik tren sejak 2019, ekspor daun belimbing terbilang fluktuatif dan nyaris tak terdengar gaungnya. Nilainya sempat menyentuh US$1.728 (568 kg) pada 2019, lalu terus menurun hingga hanya US$572 (152 kg) pada 2021. Baru pada 2022 dan 2023 terlihat pemulihan, tapi tetap kecil. Maka, capaian 2024 ibarat revolusi diam-diam: lonjakan yang mengubah peta dagang rempah dan herbal kita.

Fenomena ini terjadi di tengah gelombang global yang makin menggandrungi pengobatan natural dan bahan fungsional. Negara-negara non-tradisional seperti Dominika kini menoleh ke Asia Tenggara, mencari sumber bahan alami yang minim rekayasa. Indonesia, sebagai gudangnya tanaman tropis, mulai masuk radar. Daun belimbing-dengan kandungan antioksidan, efek antihipertensi, dan antiinflamasi-menjadi jawaban atas permintaan itu.

Ada pula kemungkinan peran tak kasat mata dari diaspora, investor farmasi, hingga dukungan pemerintah yang membuka jalur diplomatik dagang ke pasar-pasar nontradisional.

Jika dirancang dengan strategi jangka panjang, ekspor seperti ini bisa berkembang jadi kontrak dagang tetap yang menopang petani lokal dan pelaku industri herbal dalam negeri.

Tantangan ke depan adalah konsistensi mutu dan volume. Indonesia juga perlu segera memetakan potensi pasar lain di Karibia dan Amerika Latin sebelum negara pesaing seperti Thailand atau Vietnam mencium peluang serupa.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation