SMK Go Global dan Transformasi Peralatan serta Kerja Praktek

Totok Siswantara,  CNBC Indonesia
21 November 2025 07:35
Totok Siswantara
Totok Siswantara
Totok Siswantara merupakan Pengkaji Transformasi Teknologi dan Industri. Ia merupakan lulusan Program Profesi Insinyur Institut Teknologi Indonesia Tangerang Selatan. Ia pun memiliki pengalaman bekerja di industri pesawat terbang, tepatnya di PT Dirgantara.. Selengkapnya
Ilustrasi pelajar SMK (Dokumentasi Istimewa).
Foto: Suasana kerja praktik permesinan siswa SMK di Pudak Scientific Group di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. (Dokumentasi penulis).

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Program Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar yang menyiapkan anggaran hingga Rp 25 triliun untuk program SMK Go Global pada tahun 2026 perlu didukung oleh semua pihak. Program SMK Go Global bisa sukses jika disertai dengan transformasi peralatan dan sistem kerja praktek untuk siswa SMK serta adanya postur guru produktif di SMK dengan jumlah yang cukup dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kondisi terkini.

Presiden Prabowo Subianto sudah memerintahkan untuk menyiapkan anggaran untuk itu. Untuk tahun 2026 jumlahnya antara Rp 15 triliun sampai Rp 25 triliun. Program STM Go Global didukung oleh Kementerian P2MI. Persiapan awal adalah dari aspek materi pelajaran bahasa asing yang menjadi syarat minimum bagi siswa SMK untuk mendaftar.

Misalnya kalau ke Jepang, kelas migran SMK jurusan kelas ke Jepang kelas 1 sudah mengadopsi bahasa Jepang dengan standar N4 sebagai prasyarat kompetensi bekerja di Jepang. Sedangkan untuk jenis vokasi akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar luar negeri. Perlu disiapkan peralatan praktek vokasi, baik untuk vokasi teknik industri, rumah sakit, perawat dan farmasi, hospitality, perkebunan, logistik dan lain-lain.

Perlu peran serta perusahaan industri peralatan pendidikan umum dan vokasi, juga peralatan laboratorium dan alat pengukuran yang selama ini eksis di dalam negeri, seperti Pudak Scientific yang ada di Gedebage, Kota Bandung.

Apalagi perusahaan legendaris karya anak bangsa yang sudah lama berjasa dalam mencerdaskan bangsa karena telah memenuhi kebutuhan peralatan dan laboratorium sekolah hingga perguruan tinggi itu saat ini memiliki jumlah pekerja yang cukup besar.

Tepat sekali langkah Menko PM yang menekankan setiap Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia harus menerapkan standar yang tinggi agar menghasilkan lulusan terampil dan mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja di dalam negeri dan pasar internasional.

Keberadaan lulusan SMK sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas manusia Indonesia yang kini belum menggembirakan. Dan saatnya pemerintahan menggenjot Indeks produktivitas SDM bangsa.

Mentalitas generasi milenial dan gen Z yang belajar di SMK perlu diperbaiki. Saatnya sekolah membentuk etos kerja dan mental produktivitas yang tinggi. Sekolah tidak boleh kekurangan guru produktif yang mampu mengajarkan pengetahuan praktis terkait proses kreatif dan aspek membuat produk bernilai tambah yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Guru produktif yang sesuai dengan tuntutan zaman semakin langka. Di kota dan desa semakin langka guru yang mampu membuka cakrawala kreativitas dan mampu mengajarkan proses kreatif kepada muridnya yang relevan dengan era disrupsi. Untuk itulah guru produktif perlu diberikan fasilitas peralatan dan workshop yang sesuai dengan kemajuan.

Produktivitas dan aktivitas proses kreatif itu bagaikan sepasang kaki kuda, saling memacu menuju target yang diharapkan. Jangan sampai diantara sepasang itu ada yang pincang, karena tidak akan mampu berpacu untuk maju.

Tak bisa dimungkiri negeri ini kekurangan guru produktif, baik di pusat maupun di daerah. Sebagai salah satu gambaran, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, pada Agustus 2023, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari lulusan SMK merupakan yang paling tinggi dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 8,24 persen.

Hal serupa juga terjadi di provinsi lainnya. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai kekurangan guru produktif yang kompeten di SMK adalah faktor utama penyebab SMK menjadi penyumbang pengangguran terbesar saat ini, meskipun itu bukan satu-satunya penyebab.

Mewujudkan profesionalitas guru vokasional atau kejuruan merupakan keniscayaan bangsa yang tengah memasuki era industri 4.0. Kebutuhan terhadap guru produktif untuk meneguhkan industrialisasi nasional dan suksesnya Program SMK Go Global perlu terobosan.

Mayoritas sekolah kejuruan di Tanah Air, postur tenaga pengajarnya masih didominasi oleh kategori guru normatif-adaptif atau guru umum yang mengajar mata pelajaran seperti Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan kategori guru produktif yang mengajar anak-anak sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih prosentasenya masih kecil di bawah 35 persen.

Untuk mencetak guru produktif yang sesuai dengan perkembangan zaman tidak mudah. Perlu terobosan dan program yang masif di seluruh daerah. Desentralisasi pendidikan dan mengalirnya sebagian besar anggaran pendidikan nasional ke daerah menuntut kepala daerah untuk mencetak guru produktif dalam jumlah yang cukup untuk menggerakkan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing.

Saatnya bagi pemerintah daerah bersinergi dengan para guru produktif untuk merancang sebaik-baiknya link and match antara lembaga pendidikan kejuruan dan sektor industri. Dengan langkah itu daerah bisa mengembangkan tenaga kerja serta portofolio kompetensi dan profesi yang cocok bagi warganya. Khususnya portofolio yang berbasis sumber daya lokal. Semua itu mesti ditunjang dengan transformasi peralatan dan kerja praktek.

Hal tersebut terbukti saat Menko PM mengunjungi salah satu SMK unggulan yakni Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO), Jawa Barat. Perlu dicatat bahwa SMAKBO selama ini memiliki peralatan dan laboratorium bidang kimia yang sangat memadai untuk siswanya.

Keinginan Menko PM agar SMK di seluruh Indonesia bisa menjalankan kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri untuk mencapai standar tinggi. Di mana Kurikulum tersebut akan mempercepat penyerapan tenaga kerja lulusan SMK hingga pasar kerja internasional. Tentunya hal itu membutuhkan investasi peralatan praktek, workshop dan laboratorium sekolah yang memadai. Yang semua itu bisa dibuat atau diproduksi oleh perusahaan dalam negeri, tanpa harus impor.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2025 lebih kurang 1,63 Juta Lulusan SMK menganggur dan tidak berkuliah. Kesulitan mereka untuk mengakses kesempatan kerja khususnya di pasar kerja internasional disebabkan belum memiliki keterampilan, kompetensi vokasi dan kemampuan bahasa sebagai syarat kerja di luar negeri.

Setiap pemerintah daerah perlu penguatan pendidikan vokasi yang selama ini kondisinya ketinggalan zaman. Sistem pendidikan vokasi juga perlu mengedepankan teknologi simulator.

Pelatihan dan pembelajaran dengan metode simulator lebih efektif, bahkan lebih murah karena tidak menghabiskan material habis pakai untuk pelatihan dengan metode konvensional. Selain itu dengan teknologi simulator untuk case atau situasi yang berbahaya seperti operator alat berat di sektor pertambangan yang mengandung risiko tinggi bisa diatasi dengan metode simulator.

Talenta vokasi menuntut kompetensi unggul yang diasah selama praktek kerja dengan peralatan yang memadai. Dukungan teknologi yang diaplikasikan di sekolah maupun kampus vokasi dapat membantu para siswa/mahasiswa vokasi memperoleh capaian pembelajaran dan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

Yang relevan pada saat ini adalah dengan penggunaan teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang diaplikasikan pada simulator untuk berbagai jenis pekerjaan permesinan, antara lain pengelasan.

Selain untuk pelaksanaan perkuliahan, simulator ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian dan sertifikasi yang berkaitan dengan pengelasan dengan sensasi pengelasan yang mendekati mesin las sesungguhnya, namun tidak ada risiko panas, asap, gas, dan percikan api sehingga kegiatan pengelasan jauh lebih aman.

Keniscayaan, pentingnya transformasi pendidikan vokasi dari jenjang SMK, Politeknik, hingga program SI,S2 dan S3 Prodi Terapan dengan berbagai aspek pembelajaran dengan peralatan praktek yang cukup, termasuk perangkat simulator

SMK merupakan salah satu cabang pendidikan kejuruan teknik yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Sebagaimana dikutip dari Buku SMK Dari Masa ke Masa yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2015 lalu disebutkan sekolah kejuruan yang didirikan Belanda memiliki tiga corak yaitu corak kewanitaan, sekolah teknik, dan sekolah pertanian.

Selama ini pemerintah masih terkendala dalam mengelola postur SDM bangsa, utamanya segmen lulusan SMK. Pemerintah selama ini belum memfasilitasi secara total untuk meningkatkan kompetensi lulusan dalam bidangnya.

Pendidikan vokasi dikatakan berhasil jika SMK sudah memiliki sistem keterserapan yang baik bagi lulusannya. Hal itu ditandai dengan keterampilan lulusan sekolah yang menarik perhatian industri.Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie merupakan pelopor pendidikan vokasi di tanah air. Program vokasional atau kejuruan yang berbasis apprentice untuk membangunkan nilai tambah lokal.

Habibie menerapkan sistem apprentice untuk memenuhi kebutuhan SDM industri strategis yang dia pimpin dalam waktu yang cepat. BUMN industri strategis, seperti industri pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PT DI) pernah mencetak puluhan ribu teknisi ahli yang direkrut dari lulusan SMK menjadi SDM industri yang andal dan sesuai dengan kebutuhan.

Apprenticeship diadopsi BJ Habibie dari Jerman merupakan sistem pendidikan kerja, yang mengkombinasikan pelatihan di tempat kerja dengan pembelajaran berbasis praktik di sekolah, terkait kompetensi dan proses kerja yang ditentukan secara khusus.

Selama ini PT Dirgantara dan Pudak Scientific Group telah melakukan kerja sama teknis yang baik. Salah satunya terkait dengan produksi komponen pesawat terbang.
Pudak Scientific Group yang berdiri sejak 1979 bergerak dalam bidang industri manufaktur alat peraga pendidikan dan peralatan laboratorium untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga sekolah kejuruan.

Kompleksitas dari produk alat peraga pendidikan bisa diproduksi oleh Pudak Scientific Group dengan mesin-mesin CNC. Seperti Swiss Type Auto Lathe Machine yang memiliki kemampuan luar biasa untuk memproduksi komponen dengan toleransi keakuratan yang tinggi dan produksi dalam jumlah banyak.

Secara bertahap Pudak Scientific Group terus menambah jumlah mesin CNC. Sejak tahun 2006 terus menambah mesin high precision turning centers, machining centers, measuring instrument dan gauge presisi tinggi. Mulai dari mesin sederhana dua axis sampai dengan mesin dengan kerumitan tinggi.

Pudak Scientific Group berhasil memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001; 2015 dan AS9100 Rev.D dengan lingkup Manufacture of mechanical components for commercial and aerospace applications, Provision of electrical discharge machining (EDM) and NDT (PT/MT) for aerospace machining components.

Pudak Scientific Group siap melakukan fabrikasi 5 Axis Machining dan Electrical Discharge Machining. Baik pekerjaan dengan kuantitas sedikit (small batch production) maupun pekerjaan dengan volume yang tinggi dengan kualitas tertinggi dengan proses yang lebih murah.

Pudak Scientific Group menyediakan peralatan sains yang terdiri dari Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Kimia, Biologi), Matematika, alat pelatihan Vokasional, dan furniture untuk laboratorium.

Dalam proses belajar mengajar di bidang kejuruan, alat latih kejuruan adalah salah satu media yang penting dalam meningkatkan kompetensi keterampilan agar mampu mengikuti perkembangan teknologi di bidang industri.

Pudak Scientific Group sebagai produsen alat peraga pendidikan juga menyelenggarakan pelatihan alat latih kejuruan di Pudak Training Centre (PTC) di Gedebage Kota Bandung. Produk alat latih kejuruan antara lain Advance PLC Trainer, Level Process Control System Trainer, Digital Modulation Techniques Trainer, Universal Power Supply.


(miq/miq)