Menanti Kelanjutan Program Jet Tempur KF-21

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Sudah terlalu lama Indonesia dikenal hanya sebagai pasar teknologi. Produk datang dari luar, dibeli mahal, lalu kita bergantung lagi pada impor berikutnya. Padahal, kesempatan untuk membalik keadaan ada di depan mata.
Target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 75 persen hingga 80 persen pada produk strategis bukanlah mimpi kosong. Ini adalah standar global yang sudah dijalani Korea Selatan dan China.
Korea Selatan dan China sudah membuktikan jalannya. Samsung di tahun 1970-an hanyalah tukang rakit produk Jepang dan Barat. Setelah naik kelas menjadi Original Design Manufacturer (ODM), mereka menguasai desain, lalu masuk ke industri chip hingga jadi raksasa dunia.
Huawei pun memulai dari posisi OEM, lalu naik kelas ke ODM dengan desain sendiri. Dari sana lahirlah HiSilicon yang kini menembus pasar semikonduktor global. Hari ini, kandungan lokal produk teknologi di Korea dan China konsisten di level 70 persen hingga 85 persen.
Indonesia bisa menempuh jalur yang sama. ODM bukan sekadar merakit, melainkan jasa TIK berbasis ekonomi kreatif: desain hardware, software, hingga assembly, sementara produksi massal bisa melalui mitra nasional seperti BUMN LEN. Dengan model ini, hak cipta, desain, dan teknologi tetap milik Indonesia.
Ada tiga program konkret yang bisa langsung dijalankan: WiFi7 untuk Koperasi Merah Putih dan upgrading sistem jaringan instansi pemerintah/BUMN, smart meter untuk listrik, air, dan gas dengan fairness modul pencatat pemakaian, serta smart display untuk sekolah, lembaga, dan masyarakat umum.
Nilai program ini mencapai Rp 10,6 triliun. Jika dijalankan dengan TKDN 75 persen hingga 80 persen, minimal Rp 8 triliun akan berputar di dalam negeri, menciptakan ribuan lapangan kerja, menumbuhkan industri pendukung, dan menahan devisa.
Momentum global juga berpihak. Eropa dan Amerika Serikat membatasi produk asal China karena alasan geopolitik. Dunia mencari pemasok baru non-Cina. Indonesia bisa mengisi ruang kosong itu, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga untuk ekspor.
TKDN 80 persen bukan biaya, melainkan investasi strategis. Dengan tiga program ODM ini, Indonesia bisa dikenang bukan lagi sebagai pasar, tetapi sebagai produsen dan eksportir teknologi global.