PLTU Cirebon-1 Batal Pensiun Dini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengambil keputusan di awal Desember 2025 untuk membatalkan rencana pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Cirebon-1. PLTU tersebut awalnya direncanakan untuk "disuntik mati" pada 2035, tujuh tahun lebih cepat dari encana awal yang seharusnya akan pensiun dini pada 2042.
Memang, pemerintah dalam program transisi energi semulanya gencar untuk memensiunkan PLTU batu bara sebagai pembangkit energi fosil lebih cepat dari kesepakatan operasionalnya, termasuk PLTU Cirebon-1. Namun khusus untuk PLTU Cirebon-1 rencana pensiun dininya batal dilakukan lantaran teknologi yang digunakan untuk operasional PLTU tersebut dinilai masih canggih.
Pembatalan rencana pensiun dini PLTU berkapasitas 1 x 660 Mega Watt (MW) tersebut mulanya digaungkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada awal Desember 2025 lalu.
Isu tersebut termasuk salah satu isu yang ramai dibaca oleh pembaca CNBC Indonesia pada 2025 ini. Batalnya pensiun dini PLTU Cirebon-1 pun masuk dalam runutan tulisan "Big Stories 2025" CNBC Indonesia. Simak penjelasan detailnya sebagai berikut.
PLTU batu bara yang dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP) tersebut batal untuk dipercepat masa operasinya, hal itu dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menurutnya, keputusan tersebut ditetapkan karena mempertimbangkan umur pembangkit yang secara teknis masih bisa beroperasi dalam jangka panjang.
Tak hanya itu, PLTU Cirebon-1 ini juga dinilai sudah menggunakan teknologi super critical yang mampu menekan emisi.
Ke depannya, pemerintah akan berupaya mencari proyek PLTU lainnya untuk bisa dipensiundinikan, menggantikan PLTU Cirebon-1 ini.
"Jadi salah satunya ada pertimbangan teknik, karena Cirebon itu salah satunya yang umurnya masih panjang, dan teknologinya juga sudah critical, super critical, dan relatif, itu lebih baik sehingga nanti dicarikan alternatif lain yang usianya lebih tua, dan lebih terhadap lingkungannya memang sudah perlu di-retire. Alternatifnya PLTU juga," jelas Airlangga saat konferensi pers terkait Just Energy Transition Partnership (JETP) di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (5/12/2025).
Sayangnya, Airlangga enggan menyebut PLTU mana yang akan "disuntik mati" lebih dahulu menggantikan PLTU Cirebon-1 ini. Namun dia mengatakan akan ada pengganti PLTU Cirebon-1 yang akan berhenti operasinya yakni PLTU yang sudah lebih tua.
"Penggantinya nanti ada PLTU yang lebih tua, karena banyak PLTU yang tua. Nanti kita tanya PLN," tandasnya.
Rencana Awal Mau Dibiayai Asing
Seperti diketahui, rencana "suntik mati" PLTU Cirebon-1 ini semula akan dibiayai oleh Asian Development Bank (ADB). Lantas, bagaimana rencana pendanaan oleh ADB ini?
"Nanti di-switch, nggak ada masalah," ujar Airlangga.
Pada kesempatan yang sama, Airlangga juga menyebut nilai komitmen program Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk Indonesia dalam program transisi energi meningkat menjadi US$ 21,4 miliar dari sebelumnya US$ 20 miliar.
JETP sendiri adalah mekanisme kerja sama pembiayaan antara negara maju dan negara berkembang untuk mempercepat transisi dari penggunaan bahan bakar fosil ke ekonomi rendah karbon. Adapun, mitra JETP RI, antara lain Inggris, Jepang, Kanada, Denmark, Uni Eropa, dan Norwegia, serta Italia dan Perancis.
Amerika Serikat disebut telah mundur dari komitmen JETP ini. Padahal, komitmen ini pada awalnya diumumkan langsung oleh Presiden AS Joe Biden saat KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.
"Just Energy Transition ini sudah disiapkan dana untuk Indonesia. Komitmennya US$20 miliar dari sekarang, sudah meningkat menjadi US$21,4 miliar," ungkap Airlangga.
Lebih rinci, Airlangga mengatakan tambahan komitmen tersebut berasal dari International Partners Group (IPG) sebesar US$11 miliar dan senilai US$10 miliar dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
"Ini menunjukkan kuatnya kepercayaan internasional terhadap proyek-proyek renewable di Indonesia," ujar Airlangga.
Komitmen Menteri ESDM Bahlil Lahadalia
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan program pemensiunan dini PLTU.
Salah satunya melalui PLTU Cirebon-1 berkapasitas 660 megawatt (MW), yang akan dipensiunkan pada 2035 mendatang atau lebih cepat 7 tahun dari rencana awal 2042. Sebagai gantinya, pemerintah bakal menyiapkan sejumlah pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
"Jadi, sebagai bentuk komitmen kami mempensiunkan dini PLTU Cirebon-1 660 MW. Jadi kita pensiun dini kan tujuh tahun sebelum masa pensiun, kita tarik," kata Bahlil dalam Konferensi Pers dikutip Rabu (5/2/2025).
Menurut Bahlil komitmen pemensiunan PLTU Cirebon-1 dapat terealisasi seiring dengan adanya pembiayaan yang berasal dari Asian Development Bank (ADB).
"Jadi ini sebagai komitmen kita nih. Kenapa kita lakukan seperti ini? Karena ada yang membiayai, dan setelah kita hitung secara ekonomis, memungkinkan," kata dia.
Awal Mula Rencana Pensiun Dini PLTU Cirebon-1
Seperti diketahui, telah ada kesepakatan antara ADB dan Pemerintah Indonesia melalui program Energy Transition Mechanism (ETM) untuk proyek pensiun dini PLTU Cirebon-1 pada Presidensi G20 Indonesia 2022 lalu.
Lalu, pada 3 Desember 2023 lalu di sela acara COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerangka kerja tidak mengikat antara PT PLN (Persero), PT Cirebon Electric Power (CEP) sebagai Independent Power Producer (IPP) dan Indonesia Investment Authority (INA) untuk percepatan pensiun dini PLTU Cirebon-1 menjadi 2035 dari sebelumnya direncanakan pada Juli 2042.
Adapun transaksi akan dirampungkan pada paruh pertama 2024.
Presiden ADB Masatsugu Asakawa optimistis kerangka perjanjian kerja ini menjadi perkembangan yang cukup penting. Terutama bagi transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.
"ADB akan terus bekerja sama dengan mitra-mitra kami di Indonesia dan kawasan untuk menunjukkan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara dan bahan bakar fosil lainnya dapat dihentikan sejak dini dengan cara yang adil dan terjangkau," Ujar Asakawa dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (4/12/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur CEP Hisahiro Takeuchi menilai program ETM memberikan pendekatan inovatif bagi perusahaan seperti dalam melakukan transisi energi. Khususnya, dari sumber energi batu bara ke energi ramah lingkungan, sekaligus menyediakan listrik yang andal dan terjangkau untuk infrastruktur energi Indonesia.
"Perjanjian kerangka kerja ini merupakan langkah signifikan menuju penyelesaian transaksi ini. Kami bangga dapat bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia, PLN, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)," kata dia.
Profil PLTU Cirebon-1
Asal tahu saja, PLTU batu bara Cirebon-1 dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP). PLTU ini berada di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Adapun konsorsium pemilik CEP ini antara lain Marubeni Corporation asal Jepang, PT Indika Energy Tbk (INDY), dan perusahaan asal Korea Selatan Korean Midland Power (KOMIPO), dan Samtan Corporation. Adapun saham Indika Energy yang kini dipimpin oleh M.Arsjad Rasjid ini memiliki 20% di konsorsium CEP.
[Gambas:Video CNBC]