MARKET DATA
Internasional

Awas Xi Jinping Ngamuk, China Siap Luncurkan 100 Rudal Antar Benua

tps,  CNBC Indonesia
23 December 2025 15:30
Pusat Berita dan Komunikasi Tentara Pembebasan Rakyat China pada tanggal 26 September 2024, menunjukkan Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat China meluncurkan rudal balistik antarbenua yang membawa hulu ledak tiruan ke Samudra Pasifik, di lokasi yang dirahasiakan. (Photo by HANDOUT / Chinese People's Liberation Army News and Communication Center / AFP)
Foto: Ilustrasi (AFP/HANDOUT)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan global memasuki level baru yang mengkhawatirkan. Laporan terbaru Pentagon mengungkapkan bahwa China kemungkinan besar telah memuat lebih dari 100 rudal balistik antarbenua (ICBM) ke dalam ladang silo (lubang peluncur bawah tanah) terbaru mereka.

Langkah ini, ujar Pentagon, mempertegas ambisi militer Beijing yang kian agresif di tengah mandeknya dialog dunia soal pengendalian senjata global. Berdasarkan draf laporan Pentagon yang dilihat oleh Reuters dimuat Selasa (23/12/2025), China kini tengah memodernisasi dan memperluas stok senjata nuklirnya lebih cepat dibandingkan kekuatan nuklir lainnya di dunia.



Penambahan kekuatan ini terjadi di tiga ladang silo yang berlokasi dekat perbatasan China dengan Mongolia. Laporan tersebut juga merinci bahwa China kemungkinan telah menempatkan lebih dari 100 rudal DF-31 berbahan bakar padat ke dalam silo-silo tersebut.

Meskipun Pentagon sebelumnya telah melaporkan keberadaan ladang silo ini, jumlah rudal yang dimuat di dalamnya baru terungkap sekarang. Hingga tahun 2024, jumlah hulu ledak nuklir China diperkirakan masih berada di angka 600-an, meski Pentagon memproyeksikan angka ini akan melonjak tajam menjadi lebih dari 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.

"Kami terus melihat tidak adanya keinginan dari Beijing untuk mengejar langkah-langkah pengendalian senjata atau diskusi yang lebih komprehensif," tulis laporan tersebut.

Selain isu nuklir, laporan komprehensif Pentagon tersebut juga menyoroti ambisi regional China. Beijing dilaporkan sedang mempertajam opsi militernya untuk mengambil alih Taiwan dengan "kekuatan kasar" (brute force).

"China berharap dapat bertempur dan memenangkan perang di Taiwan pada akhir tahun 2027," tulis laporan itu.

Strategi ini mencakup kemampuan serangan dengan radius 1.500 hingga 2.000 mil laut dari daratan China. Ini secara serius dapat mengancam kehadiran militer AS di kawasan Asia-Pasifik.

Di sisi lain, laporan ini mencatat bahwa Presiden Xi Jinping tengah melakukan pembersihan korupsi besar-besaran di tubuh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Dalam 18 bulan terakhir, setidaknya 26 manajer puncak di perusahaan senjata milik negara telah diselidiki atau dicopot.

Meski pembersihan ini dapat mengganggu kesiapan nuklir dalam jangka pendek, Pentagon menilai langkah ini justru akan memperkuat efisiensi jangka panjang militer China.  Termasuk dalam industri pembuatan kapal dan teknologi nuklir.

Temuan ini menjadi tantangan besar bagi Presiden AS Donald Trump, yang bulan lalu sempat menyatakan niatnya untuk menyusun rencana denuklirisasi bersama China dan Rusia. Namun, Beijing tampaknya menolak laporan tersebut.

Kedutaan Besar China di Washington D.C. bersikeras bahwa China tetap memegang strategi nuklir defensif. Perwakilan Beijing di Paman Sam itu mengatakan, menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional.


"Laporan-laporan tersebut adalah upaya untuk memfitnah China dan dengan sengaja menyesatkan komunitas internasional," ujar pihak Kedutaan China.

(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Waspada! Rusia Tinggal "Sejengkal" Luncurkan Senjata Nuklir


Most Popular
Features