MARKET DATA

Pemerintah Bakal Bentuk Satgas Pembangkit Nuklir, Ini Bocorannya

Verda Nano Setiawan,  CNBC Indonesia
18 December 2025 14:25
People visit a park before towers of a power plant in Shanghai on  July 17, 2015.  AFP PHOTO / JOHANNES EISELE (Photo by Johannes EISELE / AFP)
Foto: Ilustrasi PLTN. (AFP/JOHANNES EISELE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana membentuk satuan tugas percepatan pembangunan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai Nuclear Energy Programme Implementation Organization (NEPIO).

Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini menilai pembentukan NEPIO untuk memastikan bahwa seluruh aspek, mulai dari regulasi, keselamatan, pendanaan, hingga kesiapan infrastruktur dan SDM, dapat diorkestrasi secara konsisten sesuai standar internasional.

"Namun demikian, NEPIO tidak harus berbentuk lembaga baru, dapat berupa penguatan atau penetapan mekanisme yang sudah ada," ujarnya usai bertemu Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung di kantornya dikutip Kamis (18/12/2025).

Menurut Rini, pengembangan PLTN sejalan dengan arah kebijakan nasional dan Asta Cita butir kedua, yang menekankan pentingnya memperkuat pertahanan dan keamanan, sekaligus mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, serta pengembangan ekonomi hijau dan biru.

Sejalan dengan hal tersebut, International Atomic Energy Agency (IAEA) melalui Milestones Approach, mensyaratkan adanya NEPIO sebagai organisasi pengampu program energi nuklir nasional. Namun demikian, NEPIO tidak harus berbentuk lembaga baru, dapat berupa penguatan atau penetapan mekanisme yang sudah ada.

"Mengingat pengembangan PLTN melibatkan proses yang sangat kompleks lintas sektor, lintas kewenangan, serta berlangsung dalam horizon waktu jangka panjang, maka diperlukan suatu mekanisme koordinasi nasional yang kuat dan terintegrasi yang disiapkan secara cermat dan hati-hati," ungkapnya.

Wamen ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, PLTN sebagai salah satu opsi strategis dalam peta transisi energi nasional dalam mencapai Net Zero Emission 2060. Menurutnya, PLTN tidak lagi dianggap sebagai opsi terakhir, melainkan sebagai bagian penting dari perencanaan energi nasional.

"PLTN merupakan energi baru yang murah, dan bisa dimanfaatkan untuk menguatkan sistem kelistrikan nasional. Selain itu, penggunaan nuklir juga akan mengurangi pemanfaatan energi listrik berbahan bakar fosil," ungkapnya.

Namun, ia menekankan bahwa pemanfaatan nuklir sebagai sumber pembangkit listrik harus diimbangi dengan sosialisasi kepada masyarakat secara masif sehingga masyarakat memahami pemanfaatan nuklir.

Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral resmi mengesahkan rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034. Adapun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjadi salah satu energi baru yang masuk di dalam RUPTL terbaru tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa proyek PLTN di dalam RUPTL nantinya akan dibangun di dua lokasi, yakni Sumatera dan Kalimantan, masing-masing dengan kapasitas 250 megawatt (MW).

Namun di dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), pemerintah menargetkan kapasitas nuklir dapat mencapai 35 GW hingga 2060. Adapun apabila menggunakan model land-based diproyeksikan akan mencapai lebih dari 30 unit reaktor.

"Dua-duanya masing-masing 250 MW. Tetapi di dalam RUKN target kita untuk nuklir itu sampai 35 GW. Sampai 2060 ya, 2060 itu 25 GW. Ini kalau model landbase ada sekitar 30 unit lebih membangkit listrik tenaga nuklir. Jadi kalau kita bilang renewable energy, ini nuklir adalah salah satu solusi untuk base load," kata dia dalam acara Human Capital Summit (HCS) 2025, Rabu (4/6/2025).

Eniya membeberkan saat ini pihaknya tengah berkomunikasi dengan Setneg, Kemenpan RB, dan lainnya untuk rencana pembentukan Badan Tenaga Nuklir RI (NEPIO). Karena itu, sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan teknologi nuklir, terutama terkait pengoperasian dan keselamatan perlu segera disiapkan.

"Dan di sini tentu saja kita butuh SDM yang tahu tentang nuklir, tahu bagaimana mengoperasikannya, tahu masalah safety dan bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu itu harus kita prediksi. Nah namun sekarang ini semua dunia yang menerapkan PLT nuklir itu semua mengacu kepada standar di IAEA," ujarnya.

(ven/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bersiap Punya Pembangkit Nuklir, Ini Kabar Terbarunya


Most Popular
Features