MARKET DATA

106.058 Rumah di Aceh Rusak Usai Banjir, Hunian Sementara Disiapkan

Ferry Sandi,  CNBC Indonesia
16 December 2025 19:35
Para penyintas berdiri di dekat pasokan bantuan di daerah yang terdampak banjir bandang mematikan menyusul hujan lebat di Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Indonesia, 6 Desember 2025. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Foto: Para penyintas berdiri di dekat pasokan bantuan di daerah yang terdampak banjir bandang mematikan menyusul hujan lebat di Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Indonesia, 6 Desember 2025. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mendata jumlah rumah rusak yang terjadi akibat banjir besar di Sumatra. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut data kerusakan rumah di 3 provinsi terus dimutakhirkan oleh BNPB, pemerintah daerah, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP).

"Fokus beralih pada pemulihan awal, termasuk perencanaan hunian sementara (Huntara) dan recovery secara umum. Data kerusakan rumah ini akan menjadi dasar perencanaan pembangunan hunian, baik untuk relokasi bagi rumah rusak berat maupun perbaikan in situ atau di lokasi saat ini, khususnya rumah rusak ringan. Perencanaan ini ditargetkan selesai minggu ini," kata Muhari dalam konferensi pers, Selasa (16/12/2025).

Skala kerusakan permukiman menjadi pekerjaan rumah terbesar pemerintah saat ini. Pendataan dilakukan secara berlapis agar keputusan pembangunan tidak keliru dan tepat sasaran. Aceh tercatat menjadi provinsi dengan dampak terberat, baik dari sisi jumlah rumah rusak maupun sebaran wilayah terdampak.

"Provinsi Aceh total rumah rusak sebanyak 106.058 unit, rusak ringan 46.779 unit, rusak sedang 22.951 unit, rusak verat: 36.328 unit. Kabupaten/kota dengan kerusakan rumah terbanyak adalah Aceh Utara sebanyak 36.964 unit, Aceh Timur 18.914 unit dan Aceh Tamiang 10.720 unit," kata Muhari.

Jembatan Akses Aceh-Medan di Pidie Jaya Tersambung, Segera dilalui. (PUPR Bina Marga Aceh)Foto: Jembatan Akses Aceh-Medan di Pidie Jaya Tersambung, Segera dilalui. (PUPR Bina Marga Aceh)
Jembatan Akses Aceh-Medan di Pidie Jaya Tersambung, Segera dilalui. (PUPR Bina Marga Aceh)

Selain hunian, konektivitas wilayah menjadi perhatian serius dalam fase pemulihan. Akses jalan yang terputus berdampak langsung pada mobilitas warga dan distribusi bantuan. Pemerintah menargetkan jalur-jalur utama dapat segera kembali normal agar aktivitas ekonomi perlahan bergerak.

"Jembatan Pidie Jaya - Bireuen sudah tersambung dengan dibukanya Jembatan Kuren Merudu pada 12 Desember 2025. Akses orang dan barang terus difinalisasi agar lebih lancar. Kota Langsa - Kuala Simpang saat ini Pembersihan sedimen masih terus dilakukan, dengan target selesai pada 19 Desember 2025. Gempang - Pameu - Genting Gerbang - Uning saat ini Terputus dan saat ini sedang dalam perbaikan," ujar Muhari.

Di tengah upaya membuka akses dan memulai pemulihan, distribusi logistik masih terus dikebut. Jalur udara tetap menjadi tumpuan untuk menjangkau wilayah sulit, meski kondisi cuaca belum sepenuhnya bersahabat. Hujan menjadi faktor yang kerap menghambat ritme pengiriman bantuan.

"Penyaluran Logistik per 16 Desember pukul 14.00 WIB via udara 15 sorti dengan 14,7 ton logistik. Via darat 1 sorti dengan 5,8 ton logistik. Total Distribusi sebanyak 20,4 ton. Namun kendalanya hujan intensitas sedang hingga menengah di sebagian besar wilayah Aceh selama setidaknya 2 jam menunda beberapa sorti penerbangan logistik hari ini," sebut Muhari.

(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Turun Gunung Cek Korban Banjir di Aceh Tenggara, Prabowo Janjikan Ini


Most Popular
Features