MARKET DATA

Ini yang Terjadi Jika Menu MBG Butuh 1,1 Juta Ton Daging Ayam di 2026

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
16 December 2025 14:25
Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Halim Perdanakusuma bernama 'Dapur Sehat Anak Bangsa' menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) berisi menu ayam teriyaki, sayur buncis, nasi dan pisang, Jakarta Senin, (6/1/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Halim Perdanakusuma bernama 'Dapur Sehat Anak Bangsa' menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) berisi menu ayam teriyaki, sayur buncis, nasi dan pisang, Jakarta Senin, (6/1/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana menambah pasokan daging ayam untuk program Makan Bergizi Gratis, dengan cara membangun peternakan terintegrasi. Sejalan dengan itu, peternak mengingatkan agar ekspansi produksi dilakukan secara hati-hati, terutama dalam menentukan lokasi peternakan, supaya tidak mematikan pelaku usaha yang sudah ada dan benar-benar menjawab persoalan distribusi.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menegaskan, pemilihan lokasi peternakan menjadi faktor krusial dalam rencana penambahan produksi ayam nasional. Menurutnya, ekspansi yang tidak terarah berisiko memperparah ketimpangan pasokan dan menekan harga di tingkat peternak.

"Terkait dengan rencana pemerintah, menurut hemat kami, tidak susah untuk dilaksanakan terkait dengan penambahan jumlah ketersediaan daging ayam untuk pemenuhan MBG. Justru yang harus dikelola adalah jangan sampai niatan baik untuk menambah jumlah produksi, mematikan pelaku yang sudah ada. Dan pemilihan lokasi di luar Jawa menjadi urgent," kata Sugeng kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/12/2025).

Sugeng menjelaskan, secara nasional produksi daging ayam saat ini sudah berada dalam kondisi surplus. Sepanjang 2025, kemampuan produksi daging ayam nasional mencapai 4,3 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi berada di kisaran 3,9 juta ton.

"Berdasarkan data yang kami terima, kemampuan produksi kita (daging ayam) 4,3 juta ton. Kebutuhan (konsumsi) sepanjang tahun 2025 kisaran 3,9 juta ton. Artinya sampai dengan akhir tahun ini ada kelebihan stok 400 ribu ton atau sekitar 12% dari kebutuhan nasional," ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, ia menilai target pemerintah menambah pasokan daging ayam untuk MBG tidak sulit untuk dicapai. Bahkan jika kebutuhan MBG dinaikkan sampai  1,1 juta ton sekalipun.

Namun, ia mengingatkan agar penambahan pasokan tidak berujung pada kelebihan suplai yang menekan harga ayam di pasar.

"Tahun depan pemerintah akan menambah 1,1 juta ton daging untuk pemenuhan MBG. Program tersebut layak untuk diapresiasi karena akan ada peluang penyerapan tenaga kerja, tetapi tetap harus dalam perencanaan yang matang jangan sampai penambahan tersebut ber-efek pada jatuhnya harga ayam dampak dari kelebihan pasok," ucap dia.

Dari sisi permintaan, Sugeng memproyeksikan MBG akan memberikan tambahan serapan yang cukup besar terhadap daging ayam nasional.

"MBG menurut hemat kami akan menambah demand kurang lebih 581.000 ton daging ayam di tahun depan. Artinya jika ada penambahan 1,1 juta ton, ketercukupan keperluan MBG akan terpenuhi. Bahkan lebih," jelasnya.

Meski demikian, ia menekankan persoalan utama industri perunggasan nasional bukan terletak pada kemampuan produksi, melainkan pada distribusi yang masih timpang. Saat ini, sekitar 65% produksi ayam nasional masih terpusat di Pulau Jawa.

"Produksi ayam berdasarkan informasi kami, 65% terpusat di Pulau Jawa. Artinya jika terjadi kekosongan pasokan itu bukan masalah suplainya, khususnya di tahun 2025. Tetapi pemerataan yang masih timpang, atau ketercukupan yang di luar Pulau Jawa masih timpang, karena mereka masih bergantung dari suplai yang di Pulau Jawa," terang Sugeng.

Karena itu, GOPAN mendorong pembangunan peternakan terintegrasi di luar Jawa agar tambahan produksi benar-benar memperbaiki distribusi dan berdampak pada kesejahteraan peternak daerah.

"Karenanya peternak mendukung program pemerintah, membangun peternakan terintegrasi (di luar Pulau Jawa), agar tidak terjadi ketimpangan produksi Jawa vs luar Jawa, berikut tingkat kesejahteraan peternak juga harus jadi prioritas. Pengalaman selama ini yang menonjol adalah kesejahteraan peternak yang terabaikan," katanya.

Perlu diketahui, pemerintah tengah menyiapkan arah kebijakan pangan untuk 2026. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyampaikan, setelah swasembada beras dan jagung tercapai, fokus pemerintah akan diperluas ke komoditas lain, termasuk protein hewani.

"Kita tahun ini swasembada beras sama jagung, tahun depan kita pertahankan tentunya ya beras sama jagungnya. Nah, ke depan Presiden menginginkan ke depan kita swasembada gula. Kemudian kalau di KKP ada swasembada garam," kata Sudaryono saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Untuk komoditas ayam dan telur, pemerintah mulai memprioritaskan pengembangan peternakan di luar Jawa.

"Tahun depan, bagaimana peningkatan produksi swasembada telur, ayam dan sapi sebetulnya. Tapi ini kita lagi fokus di telur sama daging ayam khususnya di daerah luar Jawa," ujarnya.

Sudaryono menambahkan, pemerintah telah mengidentifikasi pembangunan peternakan terintegrasi di 13 provinsi luar Jawa dan satu di Jawa Timur dengan melibatkan berbagai pihak.

"Kita sudah identifikasi semua. Melibatkan BUMN, terus nanti Koperasi Desa Merah Putih, peternak lokal. Intinya untuk meningkatkan produksi telur dan ayam," pungkasnya.

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Target 8.000 Dapur MBG, Produksi Ayam Naik


Most Popular
Features