Bos IMF Tiba-Tiba Peringatkan China, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bos Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memberi peringatan ke China. China didesak "mempercepat" dukungan untuk konsumsi domestik dan mengurangi ketergantungannya pada ekspor untuk pertumbuhan.
"Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China terlalu besar untuk menghasilkan banyak pertumbuhan dalam ekspor," kata Georgieva kepada wartawan pada hari Rabu, dikutip CNBC International, Kamis (11/12/2025).
"Dan terus bergantung pada pertumbuhan seperti ekspor berisiko (dan) memperdalam ketegangan perdagangan global," tambahnya.
Ia mengatakan negara itu harus "mempercepat rencana yang telah berlangsung selama beberapa dekade", untuk beralih dari ketergantungan pada ekspor untuk pertumbuhan. Menurutnya ini akan bermanfaat bagi China, dan bermanfaat bagi ekonomi dunia.
Perubahan, tegasnya, penting untuk China. Sehingga negara itu tidak memprovokasi negara lain dalam mengambil tindakan untuk mengekang ekspor China.
Komentarnya muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS). Sementara Eropa dan negara-negara seperti Meksiko semakin waspada terhadap volume mobil dan barang-barang lain yang berasal dari China.
Surplus perdagangan China mencapai rekor lebih dari US$1 triliun untuk tahun ini hingga November. Pengeluaran konsumennya tetap lesu sejak pandemi, sebagian karena penurunan pasar properti yang sedang berlangsung telah membebani sentimen rumah tangga.
Lebih lanjut, Georgieva mengatakan IMF memperkirakan China harus menghabiskan sekitar 5% dari PDB-nya selama tiga tahun ke depan untuk menyelesaikan masalah sektor properti secara tegas. Ia mengatakan hal ini dapat dicapai dengan pengelolaan kebijakan fiskal dan industri yang lebih ketat.
Ia meminta para pembuat kebijakan lebih proaktif dalam menyelesaikan pembangunan apartemen yang telah terjual. Termasuk, lebih tegas dalam mengizinkan pengembang China yang "tidak layak" untuk keluar.
"Kita menyebut 'mereka perusahaan zombie'," katanya.
"Baiklah, biarkan zombie-zombie itu pergi," tambahnya.
Georgieva juga mengatakan analisis IMF menemukan bahwa peningkatan pengeluaran untuk dukungan sosial, terutama di daerah pedesaan, dapat membantu meningkatkan konsumsi hingga 3 poin persentase dari PDB dalam jangka menengah. Ia mencatat perlunya langkah-langkah kebijakan spesifik, tetapi menekankan perlunya kekuatan pasar untuk memainkan peran yang lebih besar, terutama untuk pengembangan teknologi China dan yuan.
"Yang ingin kita lihat adalah nilai tukar RMB berbasis pasar yang mencerminkan fundamental," tambahnya.
IMF mengatakan dalam sebuah rilis Rabu bahwa inflasi China yang rendah, relatif terhadap mitra dagang, telah menyebabkan depresiasi nilai tukar riil. Hal itu berkontribusi pada ekspor yang kuat dan peningkatan surplus neraca transaksi berjalan.
IMF pada hari Rabu juga menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China tahun depan menjadi 4,5%, berdasarkan stimulus domestik dan tarif yang lebih rendah dari perkiraan. Angka tersebut merupakan peningkatan 0,3 poin persentase dari perkiraan IMF pada bulan Oktober.
Organisasi tersebut juga menaikkan perkiraan pertumbuhan tahun 2025 sebesar 0,2 poin persentase menjadi 5%. IMF mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi di China akan naik menjadi rata-rata 0,8% tahun depan, naik dari 0% tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]