MARKET DATA
Internasional

Update Bentrokan Kamboja-Thailand, 15 Tewas-500 Ribu Warga Ngungsi

tfa,  CNBC Indonesia
11 December 2025 08:05
People flee amid clashes between Thailand and Cambodia along a disputed border area, in Oddar Meanchey Province, Cambodia, December 8, 2025. Agence Kampuchea Press/Handout via REUTERS    THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES.
Foto: via REUTERS/Agence Kampuchea Press
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di perbatasan Kamboja-Thailand kembali memanas. Lebih dari 500.000 warga terpaksa mengungsi ke pagoda, sekolah, dan tempat penampungan sejak awal pekan setelah bentrokan bersenjata terbaru pecah di sekitar kawasan kuil perbatasan yang disengketakan.

Laporan AFP menyebut sedikitnya 15 orang tewas, terdiri dari tentara Thailand dan warga sipil Kamboja. Artileri, tank, jet tempur hingga drone dilaporkan terlibat dalam pertempuran yang meluas ke lima provinsi kedua negara.

Suara dentuman artileri terdengar di Samraong, barat laut Kamboja sejak Rabu pagi. Pada sore harinya, ratusan keluarga meninggalkan tempat pengungsian di sebuah pagoda setempat setelah otoritas memperingatkan situasi tak lagi aman.

"Pihak berwenang bilang tempat ini sudah tidak aman lagi," ujar Seut Soeung (30), pengungsi asal Samraong.

Seorang polisi Kamboja mengatakan bahwa evakuasi dilakukan karena pesawat tempur Thailand terbang sangat dekat kawasan kuil.

Thailand & Kamboja Saling Menyalahkan

Sengketa perbatasan sepanjang 800 km yang berakar dari era kolonial kembali memicu eskalasi terburuk sejak pertempuran Juli lalu, yang kala itu berhenti setelah campur tangan Presiden AS Donald Trump.

Thailand mengevakuasi lebih dari 400.000 orang, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand. Sementara Kamboja mengevakuasi lebih dari 101.000 warga, berdasarkan data Kementerian Pertahanan Kamboja.

"Tentara Thailand menembak tanpa pandang bulu ke daerah sipil dan sekolah, terutama ke kuil Ta Krabey yang merupakan situs suci Kamboja," kata juru bicara Maly Socheata.

Kementerian Dalam Negeri Kamboja menyebut 10 warga sipil tewas, termasuk seorang bayi.

Thailand membalas tudingan tersebut. Militer menyebut pasukan Kamboja menembakkan roket yang mendarat dekat Rumah Sakit Phanom Dong Rak, Surin, lokasi yang sebelumnya juga menjadi sasaran pada konflik Juli.

Di Sa Kaeo, Thailand, warga kembali mengalami situasi mencekam. "Saya harus lari menyelamatkan nyawa," kata Niam Poda (62), petani tebu yang dua kali mengungsi dalam lima bulan terakhir.

Militer Thailand memberlakukan jam malam di beberapa area Sa Kaeo mulai Rabu malam.

Trump Berjanji Turun Tangan

Dari Washington, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan menghubungi pemimpin Thailand dan Kamboja, mengklaim dirinya bisa menghentikan konflik.

"Saya pikir saya bisa membuat mereka berhenti bertempur. Siapa lagi yang bisa melakukan itu?" kata Trump.

AS sebelumnya, bersama China dan Malaysia (ketua ASEAN), menengahi gencatan senjata Juli lalu. Trump juga mengumumkan dukungan terhadap deklarasi lanjutan pada Oktober, tetapi Thailand kemudian menangguhkan perjanjian tersebut.

Meski demikian, Thailand kini menegaskan tak membuka ruang bagi mediasi negara ketiga.

"Sekarang bukan waktu untuk dialog. Warga kami telah tewas, dan kepercayaan harus dipulihkan sebelum pembicaraan dimulai," kata juru bicara Kemenlu Thailand, Nikorndej Balankura.

Desakan Internasional Meningkat

Di sisi lain, Kepala HAM PBB, Volker Turk, memperingatkan bahwa perjanjian sebelumnya "belum memberikan perlindungan efektif" bagi warga sipil.

Dari Vatikan, Paus Leo XIV menyerukan gencatan senjata dan menyampaikan doa bagi warga yang melarikan diri dari pertempuran.

Sementara itu, Kamboja menarik diri dari SEA Games yang berlangsung di Thailand, dengan alasan keselamatan atletnya.

(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Thailand-Kamboja Memanas, Dewan Keamanan PBB Rapat Darurat


Most Popular