Geger Kudeta di Negara Afrika Barat, 14 Tentara Ditangkap
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Benin, salah satu negara di Afrika Barat, berhasil menggagalkan upaya kudeta pada Minggu (7/12/2025) setelah sekelompok tentara muncul bersenjata di televisi nasional dan mengklaim telah mengambil alih kekuasaan. Kemunculan mereka sontak memicu kepanikan di Cotonou, pusat ekonomi negara tersebut.
Sedikitnya delapan tentara tampil di layar TV nasional untuk mengumumkan pembentukan komite militer yang dipimpin Kolonel Tigri Pascal. Mereka menyatakan telah membubarkan lembaga negara, menangguhkan konstitusi, serta menutup perbatasan.
"Tentara berkomitmen memberikan rakyat Benin era baru di mana persaudaraan dan keadilan berjaya," ujar salah satu prajurit dalam siaran tersebut, seperti dikutip Reuters, Senin (8/12/2025).
Namun beberapa jam kemudian, Menteri Dalam Negeri Alassane Seidou memastikan kudeta tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan loyalis. Pemerintah juga mengkonfirmasi 14 orang telah ditangkap terkait upaya kudeta.
"Pemerintah menghimbau masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa," ujar Seidou.
Menteri Luar Negeri Olushegun Adjadi Bakari mengatakan bahwa hanya "sekelompok kecil" tentara yang terlibat dan mereka hanya sempat menguasai siaran televisi sebelum jaringan diputus. TV pemerintah kemudian kembali normal, memungkinkan otoritas mengumumkan bahwa situasi telah terkendali, sementara ECOWAS dan Uni Afrika langsung mengecam upaya tersebut.
Di berbagai wilayah Cotonou, warga melaporkan suara tembakan pada Minggu pagi. Kedutaan Besar Prancis mengkonfirmasi adanya penembakan di dekat kediaman Presiden Patrice Talon dan mengimbau warga untuk tetap di rumah. Polisi dikerahkan ke sejumlah titik utama kota, dan situasi berangsur tenang menjelang sore.
"Saya takut dan langsung menutup toko. Sekarang lebih tenang, jadi saya buka lagi," kata Narcisse, seorang penjual furnitur di area tersebut.
Upaya kudeta berlangsung menjelang pemilihan presiden pada April mendatang yang menandai berakhirnya masa jabatan Patrice Talon sejak 2016. Benin juga tengah menghadapi meningkatnya serangan kelompok jihadis di wilayah utara. Pada April lalu, pemerintah mencatat 54 tentara tewas dalam serangan kelompok afiliasi Al Qaeda.
Selain itu, Benin baru saja mengesahkan konstitusi baru yang memperpanjang masa jabatan presiden dari lima menjadi tujuh tahun, kebijakan yang menuai kritik oposisi sebagai upaya memperkuat kekuasaan menjelang pemilu.
Negara itu pernah mengalami beberapa kudeta pada era 1960-1990, namun relatif stabil sejak pemilu multipartai 1991 hingga insiden terbaru kudeta ini.
(tfa/tfa)[Gambas:Video CNBC]