6 Pabrik Tekstil Terancam Tutup 2026, Pengusaha Desak Buka Data Impor
Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi industri tekstil nasional berpotensi masih mengalami tantangan berat pada 2026. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan setidaknya enam perusahaan berada dalam posisi terancam tutup dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal tahun depan.
Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal APSyFIÂ Farhan Aqil Syauqi. Ia menuturkan, asosiasi sebenarnya siap melaporkan data detail perusahaan yang berpotensi melakukan PHK kepada pemerintah, supaya bisa dicarikan solusi bersama. Namun, informasi data itu tidak untuk konsumsi publik.
"Saat ini, kami hanya ingin menyampaikan (data perusahaan) yang sedang terancam tersebut melalui pemerintah, supaya solusinya bisa segera dibahas," kata Farhan kepada CNBC Indonesia, Jumat (5/12/2025).
Kendati demikian, Farhan mengungkapkan setidaknya ada enam perusahaan yang terancam tutup hingga melakukan PHK massal tahun depan.
"Enam perusahaan sedang terancam," ungkapnya.
Di sisi lain, ia juga menyampaikan persoalan krusial yang kini dihadapi pelaku industri, yakni ketidakpastian kuota impor tahun depan. Tanpa transparansi alokasi impor, perusahaan sulit menyusun rencana produksi sehingga risiko penutupan pabrik semakin besar.
"Yang kami butuhkan saat ini ialah transparansi kuota impor yang diberikan di tahun depan. Hal ini kami minta agar kami bisa merencanakan berapa banyak yang bisa kami produksi, sehingga pabrik yang di ambang tutup dapat kepastian pasar," tegas dia.
Farhan menegaskan, permintaan ini merupakan harapan besar pelaku industri kepada pemerintah. Sejalan dengan upaya mereka dalam mempertahankan Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.
[Gambas:Video CNBC]