MARKET DATA

Cuaca Ekstrem Ganggu Pasokan, Harga Wortel Melambung

Robertus Andrianto,  CNBC Indonesia
01 December 2025 15:50
Ilustrasi Wortel (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Wortel (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas wortel menjadi salah satu penyumbang inflasi pada November 2025, disebabkan cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir. Sebelum akhir tahun, bahkan terjadi lonjakan impor wortel secara besar-besaran sejak awal 2025.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tekanan inflasi pada November 2025 sebesar 0,17% secara bulanan atau month to month (mtm), sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) inflasi 2,72%.

"Wortel mungkin saat ini mengalami inflasi yang cukup tinggi karena memang salah satunya disebabkan oleh faktor cuaca," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini saat konferensi pers, Senin (1/12/2025).

Wortel menjadi bagian dari berbagai komoditas yang menyumbang inflasi pada November 2025 dengan andil 0,02%. Terbesar masih berasal sumbangan inflasi komoditas emas perhiasan 0,08%, tarif angkutan udara 0,04%, bawang merah 0,03%, serta ikan segar 0,02%.

Komoditas pangan lain justru menyumbang deflasi pada November 2025, seperti daging ayam ras 0,03%, beras dan cabai masing-masing 0,02%, serta telur ayam ras, dan kentang yang masih-masing menyumbang deflasi 0,01. Kondisi ini membuat tekanan inflasi pada November 2025 sedikit mereda dibanding Oktober 2025.

Khusus untuk wortel, Pudji mengatakan, tekanan inflasi yang terjadi jelang akhir tahun ini disebabkan terganggunya pasokan akibat faktor cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir.

"Hujan dengan intensitas yang tinggi di beberapa daerah terutama juga di beberapa sentra produksi hortikultura, mengakibatkan pasokan dari hasil hortikultura tersebut tentunya terganggu," ucap Pudji.

"Dan potensi panen yang terkendala karena faktor ini juga menjadi salah satu pemicu berpengaruhnya atau terpengaruhnya supply dari komoditas wortel ini," tutur Pudji.

Wortel juga menjadi salah satu penyumbang utama tekana inflasi untuk komponen harga pangan bergejolak, bersama dengan produk hortikultura lainnya seperti bawang merah, jeruk, sawi hijau, ketimun, dan kacang panjang.

"Kualitas hasil pertanian yang juga mungkin akan terganggu dengan kondisi cuaca yang ada termasuk juga produk hortikultura, sayur-sayuran seperti wortel," paparnya.

Berdasarkan catatan tim riset CNBC Indonesia, nilai impor wortel Indonesia pada Januari-Mei 2025 sudah melonjak tajam menjadi US$ 0,2501 juta atau sekitar Rp 4 miliar. Kenaikan ini mencapai 1.389.140% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor wortel sempat "menghilang" dari radar sejak 2022, mencatat nilai yang hampir nihil. Karena itu di 2025, nilainya langsung melejit, namun nilai ini juga melebihi capaian 2021.

Lonjakan ekstrem ini dapat dibaca sebagai sinyal gangguan struktural pada produksi dalam negeri terutama jika dilihat bersamaan dengan data produksi nasional.

Setelah mengalami pertumbuhan bertahap sejak 2020, produksi wortel domestik mencapai puncaknya di 2022. Namun pada 2023, produksi kembali turun signifikan menyusut lebih dari 69.000 ton.

Jika kondisi ini berlanjut di 2024, bukan tidak mungkin kekurangan suplai di awal 2025 memaksa pelaku pasar untuk menutup celah lewat impor besar-besaran.

(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Juni 0,19%, Lonjakan Harga Beras Jadi Biang Kerok!


Most Popular