MARKET DATA
Internasional

Tetangga RI Kebut Bangun 'Iron Dome' Canggih, Siap Perang Lawan China

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
01 December 2025 07:10
Sebuah rudal standar ditembakkan dari sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot PAC-2 selama latihan militer di Pingtung, Taiwan, Selasa (20/8/2024). (REUTERS)
Foto: Sebuah rudal standar ditembakkan dari sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot PAC-2 selama latihan militer di Pingtung, Taiwan, Selasa (20/8/2024). (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Taiwan mengajukan usulan penambahan anggaran pertahanan sebesar US$40 miliar (Rp665,6 triliun) selama beberapa tahun ke depan, dengan fokus utama pada pengembangan sistem pertahanan udara berlapis yang dijuluki "T-Dome". Rencana ambisius ini merupakan respons langsung terhadap ancaman China yang disebut semakin intensif terhadap pulau demokrasi tersebut.


Presiden Taiwan Lai Ching-te berjanji akan mempercepat konstruksi sistem tersebut. Ia menegaskan bahwa sistem pertahanan baru ini adalah upaya untuk menghadapi ancaman yang meningkat dari Beijing.


"Kami akan mempercepat pembangunan T-Dome untuk menciptakan 'jaring pengaman' bagi Taiwan dan melawan ancaman China yang 'semakin intensif' terhadap pulau dan kawasan itu," ujar Presiden Lai dikutip AFP, Senin (1/12/2025).


T-Dome, yang diumumkan oleh Presiden Taiwan Lai Ching-te pada 10 Oktober, dirancang untuk melindungi Taiwan dari jet tempur, rudal balistik dan jelajah, serta drone dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.


Meskipun sering dibandingkan dengan sistem anti-rudal Iron Dome Israel, T-Dome menghadapi "berbagai ancaman yang jauh lebih luas" daripada senjata jarak pendek, mengingat klaim China yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.


Secara teknologi, T-Dome bukanlah sistem yang sepenuhnya baru, melainkan arsitektur integrasi. T-Dome akan menggabungkan sistem pertahanan yang sudah ada, seperti Patriot AS dan Sky Bow buatan domestik, serta unit NASAMS yang akan datang dari AS, dengan radar, sensor, dan teknologi canggih.


Sistem ini juga memiliki dua komponen utama yakni sistem komando dan kontrol untuk mengidentifikasi ancaman, dan lapisan pencegat (interceptor layer) untuk menembak jatuh ancaman pada berbagai ketinggian.


Integrasi antar sistem ini sangat penting untuk efektivitas pertahanan. Menteri Pertahanan Wellington Koo menjelaskan bahwa tanpa integrasi, pertahanan Taiwan tidak akan bekerja optimal.


"Jika Anda tidak mengintegrasikan perangkat deteksi ini, maka rudal pertahanan udara, baik untuk tujuan serangan balik, serangan balik, atau anti-drone, tidak dapat mencapai intersepsi yang efisien atau koordinasi dan alokasi tembakan yang efektif," kata Koo.


Urgensi pengembangan T-Dome didasarkan pada kemampuan serangan mendadak China. Analis keamanan J. Michael Cole mengatakan bahwa kapal perang China yang rutin dikerahkan di dekat Taiwan mampu menembakkan ratusan rudal ke bandara, pangkalan militer, dan situs radar Taiwan "dalam waktu tiga menit".


"Kemampuan untuk menetralisir serangan mendadak semacam ini menjadi faktor kunci dalam strategi pencegahan Taiwan," pungkasnya.


Meskipun anggaran telah diusulkan dan didorong oleh Presiden Lai, proyek ini menghadapi tantangan waktu yang berat. Taiwan menargetkan kesiapan tempur tinggi pada tahun 2027 dan kapabilitas pertahanan komprehensif pada tahun 2033.


Seorang pakar militer di Institute for National Defense and Security Research Taipei, Su Tzu-yun, pesimis target awal dapat tercapai.


"Menyelesaikan seluruh arsitektur T-Dome sebelum 2027 adalah mustahil. Integrasi sistem dan produksi pencegat baru-rudal, senjata antipesawat, dan senjata energi terarah-semuanya akan memakan waktu," katanya.

(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Taiwan Siap Hadapi Risiko Keamanan Sendiri


Most Popular