MARKET DATA
Internasional

Fakta Baru Kebakaran Apartemen Hong Kong: Penyebab-Korban Terkini

luc,  CNBC Indonesia
28 November 2025 05:42
Pemandangan drone menunjukkan api dan asap tebal mengepul dari perumahan Wang Fuk Court selama kebakaran besar, di Tai Po, Hong Kong, Cina, 27 November 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Foto: Pemandangan drone menunjukkan api dan asap tebal mengepul dari perumahan Wang Fuk Court selama kebakaran besar, di Tai Po, Hong Kong, Cina, 27 November 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya pemadaman yang berlangsung lebih dari satu hari penuh berujung pada langkah hukum cepat ketika polisi Hong Kong menahan pimpinan sebuah perusahaan konstruksi, menyusul kebakaran hebat di kompleks apartemen Wang Fuk Court yang menewaskan sedikitnya 94 orang dan membuat ratusan lainnya masih hilang.

Kebakaran yang sudah berlangsung lebih dari 24 jam itu baru sebagian besar dapat dikendalikan pada Jumat (28/11/2025) dini hari. Api melalap dua blok hunian bertingkat tinggi di delapan menara kompleks di distrik Tai Po, wilayah utara Hong Kong. Seluruh area tengah menjalani renovasi dan dibungkus perancah bambu serta jaring hijau saat musibah terjadi.

Wakil Direktur Dinas Pemadam Kebakaran Derek Armstrong Chan mengatakan sebagian besar korban ditemukan di dua blok tersebut. Ia menyebut petugas juga menemukan sejumlah penghuni yang masih hidup, namun tidak memberikan rincian lebih jauh. South China Morning Post melaporkan seorang penyintas ditemukan di tangga salah satu gedung.

Menurut Chan, regu penyelamat menghadapi panas ekstrem, asap tebal, serta runtuhan perancah dan puing saat berusaha mencapai lantai-lantai atas.

"Kami memperkirakan api dapat sepenuhnya dipadamkan malam ini," ujarnya, dilansir Reuters. "Kami akan terus menyemprotkan air untuk menurunkan suhu."

Penangkapan Para Bos Konstruksi

Polisi mengamankan dua direktur dan seorang konsultan teknik dari Prestige Construction, perusahaan yang ditugasi melakukan perawatan bangunan.

Ketiganya ditangkap dengan dugaan pembunuhan tidak berencana lantaran diduga menggunakan bahan yang tidak aman.

"Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa pihak yang bertanggung jawab di perusahaan tersebut sangat lalai, yang menyebabkan kecelakaan ini dan membuat api menyebar tanpa terkendali, mengakibatkan korban jiwa besar," ujar Superintendent Eileen Chung.

Dalam penggeledahan, pihak berwenang menyita dokumen tender, daftar karyawan, 14 komputer dan tiga telepon seluler.

Kematian Tertinggi Sejak 1948

Korban tewas yang terkonfirmasi mencapai 83 orang hingga Kamis tengah malam, menjadikannya kebakaran paling mematikan sejak 1948 ketika 176 orang tewas dalam kebakaran gudang.

Pemerintah juga melaporkan pada Kamis dini hari bahwa 279 orang masih tercatat hilang, angka yang belum diperbarui selama 24 jam terakhir.

Di tengah duka, seorang perempuan berusia 52 tahun mencari putrinya sambil menggenggam foto kelulusan sang anak di luar salah satu tempat penampungan, satu dari delapan lokasi yang menampung sekitar 900 warga.

"Dia dan ayahnya masih belum keluar," ujarnya sambil menangis. "Mereka tidak punya air untuk menyelamatkan gedung kami."

Paus Leo, melalui telegram kepada Uskup Hong Kong Kardinal Stephen Chow Sau-yan, menyampaikan "solidaritas spiritual" bagi para korban, termasuk yang terluka serta keluarga yang berduka.

Bantuan dan Respons Pemerintah

Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee mengumumkan pembentukan dana bantuan sebesar 300 juta dolar Hong Kong atau sekitar US$39 juta untuk warga terdampak. Sejumlah perusahaan besar turut menyumbang, termasuk produsen mobil Xiaomi, Xpeng, Geely, serta yayasan amal milik pendiri Alibaba Jack Ma dan Tencent.

Pada malam kedua setelah kebakaran, puluhan warga yang dievakuasi memutuskan tidur di dalam pusat perbelanjaan terdekat, dengan alasan ingin memberi ruang di pusat evakuasi resmi bagi mereka yang lebih membutuhkan.

Pemandangan warga, mulai dari lansia hingga anak sekolah, tidur beralaskan kasur lipat, berselimut tebal, atau bernaung di tenda-tenda kecil terlihat memadati area tersebut. Relawan terus berdatangan membawa makanan ringan dan perlengkapan kebersihan.

Kompleks Wang Fuk Court dihuni lebih dari 4.600 orang dalam 2.000 unit apartemen. Area ini merupakan bagian dari skema kepemilikan rumah bersubsidi pemerintah yang telah dihuni sejak 1983, salah satu penyangga bagi keluarga kelas menengah di kota yang mengalami krisis perumahan jangka panjang.

 

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menaker: 14,5 Juta Pekerja RI Sudah Terima BSU Rp600 Ribu per 28 Juli


Most Popular