Prabowo Tertibkan Tambang Ilegal di Babel, Ini Dampaknya Bagi PT Timah
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) menyampaikan langkah pemerintah melakukan penertiban tambang ilegal di area operasi tambang perusahaan mulai berdampak positif. Sebab, kegiatan penambangan di wilayah operasi Bangka Belitung menjadi lebih terkontrol.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Rendi Kurniawan mengatakan, pihaknya ingin meluruskan bahwa pada dasarnya, PT Timah Tbk tidak sedang melegalkan praktik penambangan ilegal.
Hanya saja, yang dilakukan adalah upaya penataan aktivitas tambang ilegal yang ada di dalam Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT Timah, agar bijih timah yang dihasilkan dapat kembali masuk ke perusahaan.
"Alhamdulillah memang kami mendapatkan support penuh dari pemerintah dan bahkan mungkin langsung mendapatkan atensi dari Pak Prabowo, sehingga kondisi di Bangka Belitung saat ini lebih tertib," kata Rendi, dikutip dari Dokumen Hasil Pelaksanaan Public Expose Tahunan 2025 PT TIMAH Tbk, Rabu (26/11/2025)
Meski penertiban tambang ilegal dinilai positif, namun dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan per September 2025 belum terlihat. Perusahaan justru menghadapi kendala dari sisi penjualan akibat proses pembaruan sejumlah perizinan.
"Sehingga sampai dengan September dengan adanya kendala, penjualan itu tertunda di kuartal keempat. Semoga nanti ketika akhir tahun, target PT Timah untuk bottom line dapat tercapai sesuai target yang kita tetapkan di RKAP atau mungkin mendekati pencapaian laba 2024 lalu," katanya.
Di sisi lain, ia mengungkapkan penambang ilegal yang beroperasi di wilayah konsesi PT Timah jumlahnya mencapai ratusan orang. Melalui penertiban, perusahaan berharap aktivitas penambangan di dalam WIUP dapat semakin tertib.
"Semoga nanti dengan adanya penertiban di wilayah-wilayah izin usaha penambangan PT Timah yang mana nanti diwadahi oleh koperasi, illegal mining yang beroperasi di wilayah kami, dapat lebih kami tertibkan," katanya.
Seperti diketahui, produksi timah PT Timah turun 20% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 12.157 metrik ton hingga kuartal III-2025. Sementara logam timah turun 25% yoy menjadi 10.855 metrik ton, dan penjualan logam timah turun 30% yoy menjadi 9.469 metrik ton. Sementara itu, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025, perusahaan membidik volume produksi 21.500 metrik ton.
[Gambas:Video CNBC]