Turun! Produksi Emas Freeport di Tahun 2026 Ditarget Hanya 26 Ton
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) menargetkan produksi emas pada tahun 2026 hanya mencapai 26 ton. Tentunya, produksi ini mengalami penurunan dari target penjualan sampai akhir tahun 2025 yang mencapai 33 ton.
Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas menjabarkan jika dilihat dari rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) perusahaan di tahun 2026 yang diajukan sejak November 2025 untuk produksi katoda tembaga mencapai 700.000 ton. Namun, RKAB tersebut direvisi menjadi 478.000 ton untuk tahun 2026.
Tak cuma katoda tembaga, Freeport juga merevisi RKAB untuk produksi emas dari yang diajukan 45 ton menjadi 26 ton. "Sementara untuk emas itu kita dari rencana 45 ton, ini di RKAB yang baru 2026 hanya akan memproduksi 26 ton," ungkap Tony dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (24/11/2025).
Sebagaimana diketahui, produksi katoda tembaga dan emas yang menurun di tahun depan diakibatkan adanya beberapa insiden yang terjadi pada tahun ini. Diantaranya adalah kebakaran fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Gresik dan juga insiden longsoran di tambang bawah tanah Grasberg Block Caving (GBC).
Tony mengaku, tambang GBC tersebut merupakan area tambang yang berkontribusi besar pada produksi perseroan.
Menurutnya, pasca insiden area tersebut pada September 2025 lalu yang menelan 7 karyawannya terpaksa berhenti. Freeport harus memastikan terlebih dahulu bahwa tambang GBC benar-benar aman untuk berporduksi.
"Kalau (produksi) yang sekarang 70 ribu, (dengan kontribusi GBC) itu bisa 150 ribu. Jadi, porsi yang paling besar ini harus kita hentikan dulu sebentar. Sampai dia betul-betul aman, mulai bulan Maret 2026, baru kita akan mulai," ujarnya.
Dengan kembalinya beroperasi area tambang GBC maka produksi di tahun 2027 akan meningkat tajam.
Tony menegaskan, keselamatan menjadi faktor utama. Sehingga dalam memaksimalkan produksi, Freeport dapat mengoptimalkan area tambang sekitarnya seperti dua area lain yang tidak terdampak, yakni Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).
"Jadi cuma dua tambang ini yang bisa kita optimalkan sekarang ini," ucapnya.
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan telah memberikan izin operasional di dua area tambang PT Freeport Indonesia (PTFI), selepas terjadinya insiden longsor di area tambang Grasberg Block Cave (GBC) pada September lalu.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno membeberkan dua area tambang tersebut adalah Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).
"Udah-udah, yang DMLZ dan Big Gossan sudah dikasih izin tapi belum produksi," kata Tri ditemui di Gedung DPR RI, dikutip Jumat (14/11/2025).
Meski demikian, Tri menyebut bahwa produksi dari dua area tambang tersebut nantinya tidak terlalu signifikan. Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) diperkirakan hanya mampu menghasilkan 600 ribu ton bijih tembaga per tahun.
"Nggak banyak. Dia cuma 600 ribu per tahun kira-kira gitu. Jadi cuma 30% dari total produksi bijih PTFI," kata Tri.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]