Inflasi Jepang Naik 3%, Tertinggi Sejak Juli
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi tahunan Jepang naik tipis menjadi 3,0% pada Oktober 2025 dari 2,9% pada September. Ini menandai angka tertinggi sejak Juli.
Biaya listrik mengalami kenaikan tertinggi dalam empat bulan setelah berakhirnya subsidi pemerintah menjadi 3,5% dari 3,2% pada September). Hal tersebut terjadi meskipun harga gas melambat menjadi 0,7% dari 1,6%.
Mengutip Trading Economics, merujuk data Kementerian dalam Negeri dan Komunikasi, pertumbuhan harga juga berlanjut untuk perumahan (0,9% vs 1,0%), sandang (2,5% vs 2,5%), transportasi (3,6% vs 3,0%), barang rumah tangga (1,8% vs 1,0%), layanan kesehatan (0,8% vs 1,2%). Ada juga rekreasi (2,6% vs 2,0%), komunikasi (7,5% vs 6,7%), barang lain-lain (0,7% vs 0,7%) serta biaya pendidikan terus turun (-5,6% vs -5,6%).
Di sisi pangan, harga naik 6,4% yoy, menandai kenaikan terlemah sejak Desember 2024. Terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras terkecil dalam 14 bulan (40,2%) di tengah upaya berkelanjutan Tokyo untuk menekan biaya pangan pokok.
Inflasi inti juga tercatat di angka 3,0%, sesuai dengan proyeksi dan menunjukkan level tertinggi dalam tiga bulan. Secara bulanan, IHK naik 0,4%, mencatat level tertinggi sejak Januari.
Mengutip AFP, pengumuman inflasi datang menjelang pengumuman paket stimulus besar yang diharapkan oleh pemerintahan Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi. Paket kebijakan tersebut diperkirakan bernilai setidaknya 20 triliun yen (Rp 2.124 triliun). Mencakup subsidi energi dan pemotongan pajak untuk membantu konsumen dan bisnis.
"Untuk membangun ekonomi yang kuat, kami akan menerapkan belanja fiskal strategis dengan konsep kebijakan fiskal yang bertanggung jawab dan proaktif," ujar Takaichi, Selasa.
"Yang terpenting, prioritas utama kami adalah mengatasi kenaikan harga yang dihadapi warga negara kami," tambahnya.
Jepang sendiri kini tengah kisruh dengan China, soal Taiwan. Perselisihan ini dipicu oleh pernyataan Takaichi yang menyatakan bahwa Jepang dapat melakukan intervensi militer dalam setiap serangan terhadap Taiwan.
China mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai bagian dari wilayahnya. Bahkan, mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu di bawah kendalinya.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]