Jaga Daya Saing Industri, RI Wajib Perkuat Ketahanan Energi
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong mengungkap bahwa ketahanan energi yang menyeimbangkan keamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan bukan lagi menjadi sebuah pilihan. Pasalnya, ketahanan energi adalah fondasi dalam menjaga daya saing industri dan menjadi kunci masa depan
Tidak heran jika pemerintah diberbagai negara, termasuk di Asia sangat konsen dalam menjaga ketahanan energi di negaranya. Termasuk di Indonesia.
"Sektor industri kita terus menunjukkan kinerja yang kuat. Pertumbuhan 3Q25 naik 5% YoY, terutama didorong oleh perdagangan dan konsumsi eksternal yang kuat. Ekspor ke AS & Tiongkok tetap stabil, untuk minyak sawit, bahan bakar mineral, besi & baja, produk nikel & logam mulia," terangnya dalam Coffee Morning CNBC Indonesia dengan tema "Building National Energy Security: Balancing Infrastructure, Energy Transition, and Resource Sovereignty", Selasa (18/11/2025).
Lim mengatakan, Indonesia telah mengambil langkah besar untuk meningkatkan ketahanan energi, salah satunya dengan mempercepat transisi energi berkelanjutan. Baru-baru ini, pemerintah menekankan penguatan ketahanan energi dengan meningkatkan cadangan energi menjadi 30 hari, atau naik dari 16 hari.
Selain meningkatkan energi terbarukan dan adopsi EV, pihaknya juga melihat munculnya proyek-proyek strategis baru yang dicanangkan pemerintah, mulai dari fasilitas Waste-to-Energy hingga implementasi solusi Smart Grid yang akan memperkuat infrastruktur kelistrikan nasional dan mendukung pertumbuhan di masa depan.
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Anthonius Sehomin menuturkan bahwa Bank DBS Indonesia sendiri berkomitmen untuk membantu rencana pemerintah dalam mendorong daya saing di sektor energi .
"Kami sangat mendukung, termasuk juga upaya pemerintah untuk mendorong energi baru terbarukan, baik dari sisi pendanaan hingga sisi program," jelas Anthonius.
Untuk diketahui, DBS Indonesia saat ini sudah memiliki berbagai klien di berbagai sektor energi, khususnya energi panas bumi atau geothermal. Bukan cuma itu, DBS Indonesia saat ini tidak hanya membantu sektor energi dalam hal pendanaan saja, namun juga siap ditunjuk menjadi project finance advisor.
Hal ini menjadi bukti nyata bahwa DBS Indonesia berkomitmen dalam mendorong ketahanan energi nasional.
Seperti diketahui, konsumsi BBM RI saat ini adalah 1.640.000 barrel per day. Sedangkan lifting nasional hanya 593.000 barrel. Sehingga tidak heran jika Indonesia saat ini masih tercatat impor BBM sekitar 1,157 juta barrel per hari.
Melihat kondisi itu Direktur Utama Elnusa, Litta Ariesca mengatakan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang services, pihaknya juga turut membantu dalam mendorong target lifting. Menurutnya, Elnusa mencoba terlibat dalam inovasi bagaimana caranya supaya bisa lebih efisien untuk membantu peningkatan produksi.
"Apalagi di bidang energi, Elnusa juga terus berusaha mencari solusi agar produksi energi yang dihasilkan makin bersih atau low carbon," ungkap dia dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, Elnusa juga terus mencari teknologi terbaik demi meningkatkan renewable energi dan meningkatkan kapasitas yang masuk ke industri.
Sementara itu, Direktur Apexindo Pratama Duta, Sofwan Farisyi mengatakan meski sumber daya alam Indonesia melimpah, Indonesia harus mengarah ke green energi yang didukung penuh oleh pemerintah.
"Namun pada intinya, bagaimana gas dan minyak yang diolah bisa makin hijau prosesnya sehingga bisa menuju kemandirian energi di masa depan," kata Sofwan.
Dari sisi pengangkutan, Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) Sugeng Mulyadi mengatakan untuk meningkatkan daya saing bukan cuma hanya mengurangi energi fosil dan meningkatkan energi terbarukan, namun juga membuat cost yang dikeluarkan makin efisien.
"Kita tentu bisa mengkombisasikan dari sisi renewable energy tadi, dari sisi fossil dan renewable. Untuk mencapai efisiensi, memang harus dilakukan dengan skala economic of scale yang lebih besar, supaya bisa jaga kompetisi di dunia global, supaya Indonesia bisa ada produk hilirisasi. Kita harus lihat indonesia dengan resourcesnya bisa bermain di internasional dengan renewable energy," jelas dia.
Dia menegaskan hal itu penting dilakukan agar transisi yang dilakukan memberikan nilai tambah bagi Indonesia dan rakyat Indonesia.
"Kami di sektor logistik akan menjadi salah satu tools dalam meningkatkan daya saing Indonesia juga mempunyai kontribusi bagaimana membuat suatu ekosistem yang lebih efisien, lebih hijau dan punya daya saing yang bisa meningkatkan perkembangan Indonesia," pungkas Sugeng.
(dpu/dpu)[Gambas:Video CNBC]