Proyek Kilang Pertamina Rp126 T Hampir Tuntas, Pasok 25% Kebutuhan BBM
Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang dikelola PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui anak perusahaannya, PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), terus berprogres. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompleksitas kilang Balikpapan agar mampu menghasilkan produk bahan bakar berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman mengatakan, sejumlah tahapan penting telah dilalui KPI untuk memastikan proyek ini berjalan dengan baik. Diantaranya pengoperasian awal unit utama pengolahan atau Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex RDMP Balikpapan, pada 10 November 2025 lalu.
Taufik menjelaskan, RFCC merupakan unit utama kilang untuk menghasilkan produk berstandar setara Euro V. RFCC juga akan meningkatkan efisiensi serta nilai ekonomi Kilang Balikpapan. Pengoperasian unit RFCC pada momen Hari Pahlawan 2025 menjadi simbol komitmen KPI dan Pertamina dalam mewujudkan cita-cita pembangunan yang berdaulat dan berkelanjutan.
"Ini merupakan tahapan penting yang telah dilalui KPI dan Pertamina dalam pengoperasian RDMP Balikpapan. RFCC tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, tetapi juga memperbesar nilai tambah dari sumber daya alam dalam negeri," ujar Taufik.
Terkait hal itu, pada Selasa (17/11/2025), Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, melihat langsung perkembangan RDMP Balikpapan, didampingi oleh Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan beserta jajaran direksi.
Dalam kesempatan itu, Yuliot Tanjung mengatakan bahwa investasi Pertamina dalam proyek RDMP Balikpapan sangat besar. "Untuk investasi yang dilakukan di sini, nilainya itu adalah US$ 7,4 miliar atau setara dengan Rp 126 triliun. Ini merupakan investasi yang sangat besar yang dilakukan oleh BUMN pada satu titik kegiatan," kata Yuliot.
Yuliot juga mengatakan bahwa dengan adanya investasi tersebut, akan mendukung visi Pemerintahan Presiden Prabowo dalam hal ketahanan energi dan mendukung ketahanan nasional secara keseluruhan. "Karena seluruh kegiatan ekonomi tidak mungkin tanpa ketersediaan energi," ujarnya.
Kilang Balikpapan sendiri nantinya akan memiliki kapasitas pengolahan mencapai 360 ribu barel. Kapasitas ini setara dengan 22% - 25% atau seperempat dari kebutuhan nasional akan dihasilkan dari kilang Balikpapan.
Peningkatan kapasitas pengolahan ini juga menurut Yuliot akan memberikan dampak besar bagi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. "Jadi, untuk minyak yang akan diolah dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jadi, kita mengupayakan seluruh minyak yang dihasilkan di dalam negeri akan diolah di dalam negeri. Kalau ada kekurangan kita akan impor," kata Yuliot.
Peningkatan kapasitas pengolahan sekitar 100 ribu barel per hari, kata Yuliot juga akan mengurangi impor sekitar 10% sampai dengan 15%.
Kilang Balikpapan kata Yuliot juga memiliki keunggulan dalam mengolah residu. "Untuk fasilitas yang dibangun, termasuk pengolahan atas residu-residu yang nilai rendah, akan diolah lebih lanjut menjadi petrokimia. Jadi, nanti ada produk yang dihasilkan dari residu tadi, ada propylene, ada ethylene, itu juga dibutuhkan untuk industri dalam negeri. Sebagai bahan baku, industri lanjutan yang menggunakan bahan baku ini. Selama ini untuk propylene dan ethylene, itu juga kita impor. Ini juga cukup besar, ini akan menjadi substitusi impor," jelasnya.
Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan terus memompakan semangat untuk menyelesaikan pekerjaan di proyek RDMP Balikpapan.
"Alhamdulillah ini hari ketiga saya meninjau proyek RDMP Balikpapan. Sebagai Komisaris Utama, saya memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pelaksanaan proyek ini berjalan dengan baik dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Saya ucapkan terima kasih kepada segenap Direksi dan Manajemen serta Perwira Pertamina di Kilang Pertamina Balikpapan yang bekerja keras untuk memastikan semuanya berjalan lancar," kata Iriawan.
Iriawan bahkan menegaskan bahwa proyek RDMP Balikpapan bukan proyek yang biasa. "Proyek RDMP ini bukan proyek biasa. Ini adalah ikon sumbangsih Pertamina untuk ketahanan energi bangsa. Saya berharap kita semua di Pertamina tetap semangat menjalankan mandat mulia ini untuk menjawab harapan rakyat dan harapan Bapak Presiden. Kalau ada tekad, tulus, niat, dan ikhlas, Insya Allah Pertamina bisa," tegasnya.
Selain pengoperasian unit RFCC, lanjut Taufik, tahapan penting lain dalam proyek RDMP Balikpapan, yakni penyelesaian pembangunan dua unit Tangki Penyimpanan Minyak Mentah Baru di Lawe-Lawe. Menurut Taufik, tangki tersebut berdiameter 110 meter dan masing-masing berkapasitas 1 juta barel dan menjadikannya tangki minyak mentah terbesar di Asia Tenggara. Tangki raksasa Lawe-Lawe ini akan menjadi penopang utama proyek RDMP Balikpapan.
"Peningkatan kapasitas ini akan berdampak besar pada ketahanan energi nasional, efisiensi produksi, dan pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Selain itu, RDMP Balikpapan juga akan menghasilkan tambahan produksi gasoline, diesel, avtur dan LPG, dimana semua produk tersebut memenuhi standar emisi setara Euro V yang ramah lingkungan," tutur Taufik.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]