Internasional

Ramai Perusahaan Saudi Tiba-Tiba Pangkas Gaji Pegawai, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
17 November 2025 21:40
Sebuah bendera Arab Saudi berkibar di atas gedung konsulat di Istanbul pada 17 Oktober 2018. - Konsul Arab Saudi untuk Istanbul Mohammed al-Otaibion pada 16 Oktober 2018 meninggalkan kota Turki menuju Riyadh dengan penerbangan terjadwal, kata laporan, saat Turki bersiap untuk menggeledah kediamannya dalam penyelidikan hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi. (OZAN KOSE/AFP via Getty Images)
Foto: Sebuah bendera Arab Saudi berkibar di atas gedung konsulat di Istanbul pada 17 Oktober 2018. (AFP via Getty Images/OZAN KOSE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan-perusahaan di Arab Saudi kini mulai mengurangi premi gaji yang sangat besar. Langkah ini diambil seiring dengan upaya Kerajaan untuk merasionalisasi pengeluaran dan menata ulang prioritas ekonomi dalam implementasi Vision 2030.

Menurut laporan Reuters, Senin (17/11/2025), para perekrut menyebutkan bahwa talenta asing tidak lagi bisa mengharapkan negosiasi premi gaji sebesar 40% atau bahkan mencapai dua kali lipat dari gaji mereka sebelumnya, yang sempat menjadi hal umum di awal dekade ini.

Perubahan ini mencerminkan pergeseran fokus dana investasi publik Saudi senilai US$925 miliar (Public Investment Fund/PIF). PIF yang sebelumnya banyak berinvestasi di proyek raksasa seperti NEOM, kini mengalihkan perhatiannya ke sektor-sektor yang dinilai menawarkan pengembalian yang lebih baik, seperti kecerdasan buatan (AI), logistik, dan pertambangan.


"NEOM dan usaha patungan PIF lainnya kini menghadapi penundaan karena kerajaan sedang melakukan rasionalisasi. Aktivitas proyek Saudi tetap lesu pada tahun 2025, dengan pemberian hibah hampir setengahnya dalam sembilan bulan pertama," menurut Kamco Invest.

Pergeseran ini juga terjadi di tengah adanya laporan mengenai perlambatan dan penundaan dalam eksekusi proyek-proyek infrastruktur besar.

"Laju pembangunan telah melambat dan hal ini menyebabkan perlambatan kerusakan. Kini para pemberi kerja melakukan negosiasi gaji lebih dari sebelumnya, ketika terjadi kekurangan, dan perusahaan telah menerapkan langkah-langkah yang sadar biaya," kata Hasan Babat, CEO Tuscan Middle East, sebuah konsultan rekrutmen yang berbasis di Dubai.

Magdy Al Zein, direktur pelaksana di perusahaan perekrutan Boyden, menyatakan bahwa saat ini, pasar tenaga kerja di Saudi sedang mengalami rasionalisasi besar-besaran. Maka itu, saat ini terjadi penyesuaian yang dalam di pasar pekerjaan.

"Di satu sisi Anda memiliki perekonomian terbesar di kawasan yang melakukan rasionalisasi dan di sisi lain, Anda memiliki pasokan kandidat yang besar dan sangat terbuka untuk datang ke kawasan ini," ujarnya.


Dampak dari rasionalisasi anggaran ini membuat rata-rata gaji di Arab Saudi kini hampir setara dengan UEA. Trefor Murphy, CEO Cooper Fitch, mencatat bahwa saat ini hanya ada sedikit perbedaan gaji, dengan kenaikan rata-rata di Saudi hanya sekitar 5% hingga 8% dari tawaran di UEA.

Kondisi ini membuat Arab Saudi menghadapi tantangan dalam meyakinkan talenta terampil untuk pindah dari UEA yang sudah memiliki jaringan sekolah internasional dan fasilitas kesehatan yang lebih mapan.

Perlambatan ini juga didorong oleh faktor makro ekonomi, di mana harga minyak yang lebih rendah telah menekan keuangan publik Saudi dan memperlebar defisit fiskal. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa Saudi membutuhkan harga minyak mendekati US$100 (Rp1,67 juta) per barel untuk menyeimbangkan anggaran negaranya.

"Meyakinkan orang untuk pindah dari UEA merupakan sebuah tantangan, mereka mengharapkan premi yang tinggi," tambah Al Zein dari Boyden.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LPEM FEB UI: PMN Masih Bermanfaat Buat BUMN Supaya Tak Jadi Zombi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular