2.817 Warga Korea Tewas Bunuh Diri Tahun 2024, Ini Umur-Penyebabnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Bunuh diri kini menjadi penyebab kematian tertinggi di antara warga Korea Selatan berusia 40-an. Tekanan finansial yang meningkat serta ekspektasi sosial dan budaya disebut menjadi faktor utama di balik tren mengkhawatirkan ini.
Mengutip Korea JoongAng Daily, data terbaru menunjukkan, sepanjang tahun lalu terdapat 2.817 kasus bunuh diri di kelompok usia tersebut, setara dengan sekitar 36,2 kasus per 100.000 orang. Angka ini mencakup 26% dari total kematian di kalangan usia 40-an, menempatkannya di posisi pertama penyebab kematian. Kanker berada di posisi kedua dengan 24,5%, disusul penyakit hati dengan 8,7%.
Para ahli menyebut usia 40-an menjadi fase yang paling berat karena banyak warga berada di posisi "terjepit" yakni menanggung beban sebagai pencari nafkah utama, harus mendukung orang tua yang sudah tidak bekerja, sekaligus membiayai anak-anak yang masih sekolah. Situasi ini diperparah oleh penurunan pendapatan dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
"Orang-orang berusia 40-an mengalami krisis keuangan Asia tahun 1997 dan penurunan lapangan kerja berikutnya, serta fluktuasi pasar properti - yang semuanya secara struktural merampas kesempatan mereka untuk mengumpulkan kekayaan dan memperoleh penghasilan yang stabil," kata Jung Sun-jae, seorang ahli epidemiologi dan profesor di Universitas Yonsei, dikutip dari Korea JoongAng Daily, Sabtu (1/11/2025).
Sementara Park Jong-ik, mantan kepala badan pencegahan bunuh diri di bawah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan sekaligus profesor psikiatri di Rumah Sakit Universitas Nasional Kangwon, mengatakan pasien berusia 40-an cenderung lebih sering mengungkapkan "distres terkait faktor ekonomi" dibandingkan kelompok usia lainnya.
"Mereka yang berusia 40-an merasa tidak aman dengan pekerjaan mereka karena mereka melihat pensiun paksa yang dialami mereka yang berusia 50-an," kata Park.
"Dalam situasi ini, Korea memiliki jumlah wiraswasta yang relatif besar di usia 40-an dan 50-an."
Meskipun tekanan ekonomi berdampak pada kedua jenis kelamin, tekanan tersebut dapat sangat merugikan bagi pria, yang masih sering diharapkan memikul sebagian besar tanggung jawab keuangan keluarga.
Rata-rata pendapatan bulanan kepala rumah tangga wiraswasta usia 40-an pada kuartal ketiga tahun lalu hanya 1,07 juta won atau sekitar US$745, turun 13,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi yang paling tajam sejak data mulai dicatat pada 2006. Selain itu, survei platform kerja menunjukkan 89,3% responden berusia 40-an merasa tidak aman dengan kondisi pekerjaan mereka.
Dari sisi budaya, generasi ini tumbuh dengan keyakinan bahwa kerja keras akan membawa hasil. Namun realitas ekonomi yang stagnan membuat banyak dari mereka merasa terjebak dan kehilangan harapan. Tekanan semakin berat bagi pria usia 40-an, yang secara tradisional dipandang sebagai pencari nafkah utama keluarga. Angka bunuh diri pada pria di kelompok usia ini mencapai 51,1 per 100.000 orang, jauh di atas perempuan yang berada di level 20,9 per 100.000.
Para ahli menilai, upaya penanggulangan harus melampaui pendekatan psikologis semata. Diperlukan kebijakan yang menyentuh akar struktural, seperti dukungan ekonomi, bantuan pekerjaan, serta layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses, termasuk di luar jam kerja. Perubahan norma sosial juga dinilai penting, khususnya dalam menghapus stigma terhadap laki-laki yang mencari bantuan psikologis.
Meski bunuh diri menduduki posisi teratas sebagai penyebab kematian di usia 40-an, tren ini tidak semata karena lonjakan besar kasus, melainkan karena menurunnya angka kematian akibat penyakit lain. Namun demikian, efektivitas program pencegahan yang ada dinilai masih terbatas karena lebih banyak fokus pada penanganan setelah kejadian terjadi.
Secara keseluruhan, tingkat bunuh diri di Korea Selatan pada 2024 tercatat 29,1 per 100.000 penduduk - tertinggi dalam 13 tahun terakhir dan hampir tiga kali lipat dari rata-rata negara OECD yang berada di level 10,7 per 100.000. Kondisi ini menunjukkan bahwa persoalan bunuh diri bukan hanya isu kesehatan mental, tetapi juga mencerminkan tekanan ekonomi dan ketimpangan sosial yang terus meningkat.
Perlu diketahui, data WHO menunjukkan Korea Selatan merupakan negara tingkat bunuh diri tertinggi secara keseluruhan pada 2021, dan tertinggi di antara negara Asia.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Horor Penembakan Massal di SMA, 10 Siswa Tewas-Pelaku Bunuh Diri