Kronologi Pabrik Pemasok Nike PHK 3.000-an Orang, Kemenperin Respons

Damiana,  CNBC Indonesia
31 October 2025 09:35
PT Victory Chingluh Indonesia. (Dok. Chingluh)
Foto: PT Victory Chingluh Indonesia. (Dok. Chingluh)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrik sepatu PMA (penanaman modal asing, asal Taiwan) yang berlokasi di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, tengah dalam rencana pemangkasan karyawan. Diungkapkan serikat pekerjanya, perusahaan ini akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas sekitar 3.000 orang karyawannya.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Unang Sunarno, saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (30/10/2025). Menurut Unang, proses PHK atas sekitar 2.000-an dari rencana 3.000-an sedang berlangsung. Di mana, 300-an orang di antaranya adalah pekerja anggota KASBI.

Menurut Unang, PHK itu terjadi di pabrik PT Victory Chingluh Indonesia, pabrik sepatu yang memproduksi untuk merek global, Nike. Pabrik ini merupakan bagian dari grup Ching Luh. Grup bisnis ini juga memiliki pabrik serupa di Cikupa, Tangerang.

Lalu apa penyebab terjadinya PHK massal tersebut? Mengingat, ini adalah bukan kali pertama Victory Chingluh Indonesia melakukan PHK massal di tahun 2025 ini.

"Iya (Nike semua). Nike, khususnya, semua. PHK karena terjadinya pengembalian (retur) produk ekspor sepatu yang disebabkan ada penurunan kwalitas produk karena adanya trouble dalam proses produksi," kata Unang kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (31/10.2025).

Awalnya, lanjut dia, KASBI menolak terjadinya PHK sepihak. Sebab, jelasnya, perusahaan harus melakukan efisiensi, sampai harus PHK 3.000-an orang, bukan karena kesalahan buruh.

Namun, ungkapnya, KASBI dan 4 serikat pekerja lainnya di perusahaan tersebut akhirnya sepakat dengan opsi efisiensi lewat PHK massal itu.

Atas dasar itu, mekanisme PHK yang dilakukan pun terbagi 2, yaitu yang langsung oleh perusahaan dan pekerja yang mau di-PHK dengan ketentuan pesangon yang disepakati dengan perusahaan.

"KASBI menyatakan menolak PHK sepihak, karena itu bukan kesalahan buruh. Tapi karena sistem produksi yang bermasalah (kawan-kawan buruh bagian produksi hanya mengikuti arahan management)," ungkapnya.

"Pengurus serikat buruh sudah melakukan perundingan. Pengurus KASBI berpandangan bahwa jika PHK tetap dilakukan, maka hanya boleh dilakukan terhadap buruh yang memang siap untuk di-PHK dengan mendapatkan kompensasi pesangon penuh, yaitu 2 X PMTK sesuai ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dan pengusaha pun menyatakan sepakat," beber Unang.

Saat ini, menurut Unang, proses untuk pemenuhan hak-hak buruh sedang berlangsung dan terus dikawal serikat-serikat buruh yang ada di Victory Chingluh Indonesia sampai pemenuhan hak-hak tersebut terealisasi. Pendataan juga masih berlangsung.

"Pengurus KASBI sudah dan akan terus mendampingi kawan-kawan buruh yang terdampak PHK hingga mendapatkan hak-haknya. Jika terjadi pelanggaran hak-hak buruh, maka pengurus KASBI akan berjuang dan menempuh jalur hukum baik secara litigasi maupun nonlitigasi," tukas Unang.

PHK Kasuistis, Jangan Dikaitkan Upah Buruh

Di sisi lain, Unang menegaskan, PHK yang terjadi saat ini adalah kasuistis. Dan tidak menggambarkan kondisi tertentu perusahaan.

Terbukti, ungkapnya, kondisi di pabrik lain Ching Luh di Indonesia, yaitu PT Ching Luh Indonesia yang ada di Cikupa, Tangerang, masih dalam kondisi baik.

"PHK ini bersifat kasuistis, karena pabrik cabangnya yang PT Cing Luh Indonesia - Cikupa, nyatanya produksinya masih bagus. Artinya PHK tersebut jangan dijadikan alasan untuk bargaining dan menakut-nakuti buruh dalam perjuangan kenaikan upah buruh 2026 mendatang," tegas Unang.

"Kasus PHK tersebut mestinya tidak terjadi manakala ada komunikasi dan keterbukaan dalam proses produksi. KASBI mendesak pengusaha dan pemerintah untuk terlibat dalam pencegahan PHK, dan memberikan perlindungan kepada kaum buruh," tambahnya.

Kemenperin Buka Suara: Industri Masih Bagus

Merespons kabar PHK massal ini, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Rizky Aditya Wijaya menegaskan, industri alas kaki nasional saat ini masih bertumbuh positif.

"Alas kaki sangat baik kondisinya. Pertumbuhannya sekitar 8-an persen tahun ini. Terjadinya PHK di fasilitas produksi khususnya di wilayah Barat Jawa, ini kan alas kaki itu padat karya. Komponen biaya terbesar itu tenaga kerja," katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip dari rekaman audio diperoleh CNBC Indonesia dari Humas Kemenperin, Kamis (30/10/2025).

"Jadi, bukan berarti mereka PHK terus setop produksi, nggak. Mereka pindah ke daerah tengah. Yang upahnya jauh lebih murah. Untuk konteks yang di Tangerang kemarin, itu infonya mereka pindah ke Cirebon," tambah Rizky.

Dia mengaku mendapat informasi itu dari asosiasi perusahaan industri sepatu/ alas kaki di Indonesia, Aprisindo. Dan, ungkapnya, dari informasi informal yang diperolehnya, tidak ada kabar resmi yang menyebut PHK massal yang terjadi karena perusahaan mau hengkang dari RI.

"Baru dari asosiasi (komunikasi). Dari perusahaannya belum. Nanti kita coba kawal lah. Jadi artinya, untuk alas kaki saat ini kita masih bagus, kita masih jadi basis produksi merek-merek terkenal," ucap Rizky.

"Fenomena PHK yang terjadi di Banten atau Jawa Barat itu terjadi karena adanya shifting lokasi ke tempat-tempat yang upahnya lebih rendah," sambungnya.

Rizky menegaskan, dari persaingan global, Indonesia masih mampu dalam kondisi baik.

"Persaingan ok. Memang pasar agak turun naik ya," ujarnya.

Sebelumnya, pada Maret 2025 lalu, Victory Chingluh Indonesia juga dikabarkan melakukan PHK atas sekitar 2.000-an pekerjanya. Lewat Aprisindo, kabar PHK ini dikonfirmasi oleh manajemen Nike. Informasi dari situs resmi, pabrik Ching Luh di Indonesia memang memasok merek-merek internasional, termasuk Nike.

Saat itu disebutkan, PHK massal terjadi karena kondisi perusahaan tertekan dan sudah berlangsung sejak November 2024. Di mana, kala itu terjadi kecenderungan penurunan order dan tidak ada kepastian. Diperparah, kondisi yang tidak seimbang antara biaya produksi, salah satunya dipicu upah buruh yang diklaim tinggi.

PHK Hal Biasa, Pabrik Tidak Ditutup

Unang mengatakan, PHK sebenarnya bukan kondisi yang baru terjadi. Begitu juga dengan perekrutan baru, yang mungkin bisa terjadi setelah PHK atau efisiensi.

Saat ini, sebutnya, Victory Chingluh Indonesia sendiri masih memiliki sekitar 15.000-an orang pekerja.

"PHK itu di Chingluh itu sebenarnya ya biasa aja. Sering, tahun-tahun kemarin juga kan ada kan. Kadang perekrutan lagi, banyak lagi," ucapnya.

"Chingluh ini kan dia buka cabang lagi di Cirebon, dalam 1-2 tahun ke depan ini akan ada penerimaan besar juga di sana. Ekspansi. Sejauh ini, dari teman-teman, (PHK saat ini) itu bukan penutupan, tapi efisiensi. (Dengan adanya yang di Cirebon tidak menyebabkan pabrik di Pasar Kemis dan Cikupa ditutup?) Nggak, nggak," ungkap Unang.

Catatan, hingga naskah ini diturunkan, redaksi CNBC Indonesia belum berhasil menghubungi manajemen PT Victory Chingluh Indonesia. CNBC Indonesia mencoba mengonfirmasi lewat asosiasi, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) terkait kabar PHK ini. Namun, Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda mengaku baru mengetahui kabar PHK tersebut. Dan menyatakan akan mengecek kabar itu dan mengaku tidak bisa memberi pernyataan lebih lanjut.

Ketika CNBC Indonesia mencoba mengonfirmasi lagi ke Aprisindo, redaksi juga belum mendapat jawaban resmi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemicu Ribuan PHK di RI, Menaker Sebut Penyebabnya Macam-Macam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular