Internasional

Love Scam Makin Ngeri, Jerat Ribuan WNI Tertipu Pergi ke Luar Negeri

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 October 2025 12:35
Seorang warga negara Indonesia yang pernah bekerja di pusat penipuan di Myanmar mencium tanah saat tiba dari Thailand, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia, Selasa, 18 Maret 2025. (AP Photo/Tatan Syuflana, Pool)
Foto: Seorang warga negara Indonesia yang pernah bekerja di pusat penipuan di Myanmar mencium tanah saat tiba dari Thailand, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia, Selasa, 18 Maret 2025. (AP/Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus penipuan daring (online scam) yang menjerat warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri terus meningkat. Kementerian Luar Negeri mencatat lebih dari 10 ribu WNI terlibat kasus online scam sejak 2020, sebagian besar di kawasan Asia Tenggara.

Ironisnya, tak sedikit dari mereka yang justru berangkat secara sukarela untuk menjadi bagian dari sindikat penipuan digital, termasuk dalam modus love scam atau penipuan asmara.

"Dari lebih 10 ribu kasus yang kami tangani, sekitar 1.500 WNI merupakan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Sisanya berangkat secara sukarela karena tergiur gaji tinggi," ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (20/10/2025).

Menurut Judha, modus yang digunakan sindikat online scam di 10 negara, termasuk Kamboja, Myanmar, Laos, serta Uni Emirat Arab (UEA) dan memiliki pola serupa. Para WNI direkrut dengan janji pekerjaan sebagai "customer service" atau "marketing" dengan gaji antara US$1.000-US$1.200 (sekitar Rp16,5-Rp19,8 juta). Setelah tiba di lokasi, mereka diminta membuat akun media sosial palsu untuk menipu korban di Indonesia.

"Biasanya mereka membuat akun dengan foto perempuan cantik, lalu menjebak korbannya lewat pendekatan romantis. Setelah korban percaya, barulah muncul modus investasi bodong atau jual-beli palsu," kata Judha.

Ia menambahkan, korban love scam rupanya tidak hanya laki-laki. "Bisa jadi yang mengaku perempuan di ujung sana sebenarnya laki-laki. Jadi hati-hati, jangan langsung percaya kalau tiba-tiba ada yang akrab lewat media sosial," ujarnya mengingatkan.

Kemlu menemukan sejumlah WNI bukan hanya korban, tetapi juga pelaku aktif dalam jaringan penipuan ini. "Ada yang secara sadar bekerja sebagai scammer karena merasa itu pekerjaan biasa. Padahal, korban penipuannya juga sesama warga Indonesia," ungkap Judha.

Dari hasil pemantauan Kemlu, jaringan online scam yang awalnya berpusat di Kamboja kini menyebar ke 10 negara, termasuk Afrika Selatan, Belarus, dan UEA. Sebagian besar pelaku masuk menggunakan visa wisata, bukan visa kerja, sehingga tercatat melakukan pelanggaran imigrasi.

"Tidak ada satu pun dari 10 ribu WNI itu yang menandatangani kontrak kerja di Indonesia. Mereka berangkat tanpa dokumen resmi dan akhirnya overstay," ujar Judha.

Profil korban love scam ini juga berbeda dari korban TPPO tradisional. Judha menyebut mayoritas berusia 18-35 tahun, berpendidikan, bahkan ada yang bergelar master.

"Mereka bukan dari daerah terpencil, tapi tertipu oleh iming-iming gaji tinggi dan kemudahan kerja," tambahnya.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Media Korea: WNI Ditahan karena Proyek Jet Tempur KF-21 Bebas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular