RI Pemilik Cadangan Emas Terbesar 4 Dunia, Tapi Impor Gede-gedean!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
14 October 2025 13:50
Karyawati menunjukkan emas PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di salah satu gallery penjualan emas di Jakarta, Selasa (16/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawati menunjukkan emas PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di salah satu gallery penjualan emas di Jakarta, Selasa (16/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia merupakan negara dengan cadangan emas terbesar keempat di Dunia. Tak main-main, berdasarkan data U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries (USGS) yang dirilis Januari 2025, total cadangan emas Indonesia mencapai 3.600 metrik ton.

Cadangan emas di Indonesia bahkan mengalahkan Kanada yang mencapai 3.200 metrik ton, China yang hanya 3.100 metrik ton dan Amerika Serikat (AS) yang mencapai 3.000 metrik ton.

Pemilik cadangan emas terbesar di dunia menurut data USGS ini adalah Australia dan Rusia dengan cadangan mencapai 12.000 metrik ton. Diikuti oleh Afrika Selatan sebesar 5.000 metrik ton.

Bukan hanya cadangan, produksi emas Indonesia juga menjadi yang terbesar ke-10 di Dunia, atau di tahun 2023 produksinya mencapai 100 ton per tahun.

Sementara ini, posisi pertama diduduki oleh China dengan produksi pada tahun 2023 mencapai 375 metrik ton per tahun. Diikuti oleh negara Rusia dengan produksi mencapai 313 metrik ton per tahun.

Lalu kenapa Indonesia masih impor emas?

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih harus melakukan impor emas dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mengingat, dari total kebutuhan puluhan ton, produksi perusahaan hanya mencapai 1 ton per tahun.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menyatakan, kebutuhan masyarakat akan emas terus mengalami peningkatan. Tercatat, pada tahun lalu penjualan emas pencapai 37 ton, dan ditargetkan pada tahun ini mencapai 45 ton.

Persoalannya, kata Achmad Ardianto, tambang milik Antam yang saat ini satu-satunya ada di Pongkor, Jawa Barat itu produksinya hanya mencapai 1 ton per tahun.

"Jadi emas yang dihasilkan oleh Antam, ditambang oleh Antam itu cuma 1 ton setahun. Sementara kebutuhan masyarakat tahun lalu 37 ton, sekarang 43 ton," ungkap Achmad Ardianto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (29/9/2025).

Nah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan emas itu, Antam memiliki beberapa opsi. Pertama, mengambil dari pasar lokal atau buycabk. "Jadi emas-emas masyarakat yang dulu dibeli di Antam kemudian butuh cash dijual kembali ke Antam, itu menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru. Itu cuma 2,5 ton satu tahun dapatnya,"

Kedua, emas berasal dari perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia yang memurnikannya di Antam. Di mana, Antam akan menawarkan pembelian emas kepada perusahaan tersebut.

"Nah soalnya adalah tidak ada aturan yang mewajibkan mereka untuk menjual ke Antam. Jadi menjadi fleksibilitas bagi perusahaan tambang di Indonesia untuk menjualnya di dalam negeri ataupun mengekspor," ungkap Achmad Ardianto.

Ketiga, mencari sourcing emas dari luar negeri atau impor yang berasal dari perusahaan dan lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA). Baik itu bullion bank, refinery, maupun trader.

"Nah kita membeli dari refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," tandas Achmad Ardianto.

"Lalu kenapa Antam impor? Ya judulnya terpaksa Pak. Karena kebutuhan masyarakat besar sementara sumber tidak ada," ungkapnya. "Mungkin (impor) 30-an ton Pak. Potensi kita 90 ton," tambah Achmad Ardianto.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harus Impor, Bos Antam Blak-blakan Susahnya Nyari Pasokan Emas di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular