MARKET DATA
Internasional

Negosiasi Diam-Diam AS-Rusia Ancam Posisi Ukraina

tfa,  CNBC Indonesia
21 November 2025 07:30
Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)
Foto: Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina menghadapi tekanan baru setelah muncul laporan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Rusia diam-diam menyusun rencana perdamaian 28 poin untuk mengakhiri perang.

Dokumen itu disebut memuat konsesi besar kepada Moskow, mulai dari penyerahan wilayah Donbas hingga pemangkasan 50% kekuatan militer Ukraina. Penyusunan dokumen disebut tidak melibatkan Kyiv.

Kunjungan delegasi militer senior AS ke Kyiv pada Kamis (20/11/2025) waktu setempat berlangsung di tengah laporan dari Axios, Financial Times, dan Reuters yang menyebut Washington serta Moskow telah menggelar pembicaraan rahasia.

Seorang pejabat Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv hanya menerima "sinyal" mengenai proposal tersebut, namun tidak terlibat dalam penyusunan. "Ukraina tidak berperan dalam mempersiapkan proposal apa pun," ujar sumber anonim itu, dikutip Jumat (21/11/2025).

Kremlin membantah adanya rencana baru. "Tidak ada inovasi terkait kemungkinan proposal perdamaian sejak pertemuan Putin-Trump pada Agustus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Gedung Putih juga tidak menegaskan keberadaan dokumen 28 poin itu, meski Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengakui bahwa AS sedang menyiapkan sejumlah opsi.

Pertukaran gagasan yang serius dan realistis diperlukan untuk mengakhiri perang yang kompleks dan mematikan seperti ini," tulis Rubio di X. "Perdamaian yang langgeng membutuhkan konsesi sulit dari kedua belah pihak."

Presiden Volodymyr Zelensky belum mengomentari detail rencana tersebut, namun menyatakan bahwa AS, khususnya Presiden Donald Trump, mempunyai pengaruh penentu.

"Hanya Presiden Trump dan Amerika Serikat yang memiliki kekuatan yang cukup untuk mengakhiri perang ini," katanya. Ia menambahkan bahwa Ukraina "siap bekerja dalam format lain yang bermakna yang dapat membuahkan hasil."

Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Ukraina, Serhii Kyslytsia, lebih keras menanggapi isu ini dan menyebutnya sebagai "pabrik rencana yang tidak realistis" yang digembar-gemborkan Moskow.

Negara-negara Eropa juga merespons negatif gagasan rencana damai yang disusun tanpa melibatkan Ukraina. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas menegaskan, "Agar rencana apa pun berhasil, rencana tersebut perlu melibatkan Ukraina dan Eropa. Dalam perang ini, hanya ada satu agresor dan satu korban. Sejauh ini kami belum mendengar adanya konsesi dari Rusia."

Sementara itu, para analis di Institut Studi Perang (ISW) menilai rencana tersebut, jika benar, setara dengan "kapitulasi penuh Ukraina." Mereka menyebut draf tersebut akan merampas kemampuan pertahanan penting Ukraina dan membuka ruang bagi agresi baru Rusia.

"Rencana ini pada dasarnya sama dengan tuntutan Istanbul 2022 Rusia," tulis ISW.

(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Rusia-Ukraina Panas Lagi, Putin Gempur Odesa


Most Popular