Internasional

Diajak Perang & Terancam Invasi AS, Negara Ini Siapkan Status Darurat

luc, CNBC Indonesia
30 September 2025 20:50
Presiden Venezuela Nicolas Maduro bertepuk tangan selama upacara penutupan Kursus Operasi Khusus Revolusioner (COER) kedua, yang diadakan di Kelompok Aksi Komando Garda Nasional Bolivarian di paroki Macarao, di Caracas, Venezuela, 28 Agustus 2025. (Miraflores Palace/Handout via REUTERS)
Foto: Presiden Venezuela Nicolas Maduro bertepuk tangan selama upacara penutupan Kursus Operasi Khusus Revolusioner (COER) kedua, yang diadakan di Kelompok Aksi Komando Garda Nasional Bolivarian di paroki Macarao, di Caracas, Venezuela, 28 Agustus 2025. (via REUTERS/MIRAFLORES PALACE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan siap memberlakukan status darurat jika Amerika Serikat (AS) benar-benar melancarkan serangan militer terhadap negaranya. Hal tersebut diungkapkan Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez.

Rodriguez menyebut konsekuensi dari intervensi tersebut akan bersifat "katastrofik" dan menegaskan bahwa Caracas tidak akan menyerahkan kedaulatannya kepada kekuatan asing. "Kami tidak akan pernah menyerahkan tanah air kami. Tidak pernah!" katanya dalam pernyataan pada Senin (29/9/2025) waktu setempat, dilansir The Guardian.

Rodriguez membantah klaim Washington yang menyebut serangan udara terhadap kapal Venezuela dan pengerahan armada besar di Laut Karibia adalah bagian dari operasi memberantas kartel narkoba. Menurutnya, alasan itu hanyalah dalih untuk menutupi tujuan sebenarnya, yakni menguasai kekayaan alam Venezuela.

"Itu kebohongan besar. Tujuan tunggal dari agresi ini adalah cadangan minyak, gas, emas, mineral, dan kekayaan biologis yang dimiliki Venezuela yang mereka butuhkan dalam era baru di mana pemerintah AS menyatakan perang pada seluruh planet," ujar Rodriguez.

Ia bahkan menyebut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio sebagai "Tuan Perang" yang mendorong sikap agresif tersebut.

Adapun dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Donald Trump meningkatkan tekanannya terhadap Caracas. Serangkaian serangan udara AS terhadap kapal Venezuela telah menewaskan sedikitnya 17 orang.

Pada saat yang sama, pengerahan militer skala besar di Karibia memunculkan dugaan bahwa Washington sedang mempersiapkan intervensi lebih luas untuk mengakhiri kekuasaan Maduro yang telah berlangsung 12 tahun.

NBC News melaporkan pada Jumat lalu bahwa pejabat militer AS tengah menyusun opsi serangan tambahan terhadap jaringan penyelundup narkoba di dalam wilayah Venezuela, termasuk kemungkinan penggunaan drone dalam beberapa minggu mendatang.

Sementara itu, para ahli hukum internasional serta sejumlah pemimpin Amerika Latin mengecam serangan AS sebagai pembunuhan di luar hukum yang bertentangan dengan norma internasional.

Rodriguez menjelaskan, jika keadaan darurat benar-benar diberlakukan, Maduro akan memperoleh kewenangan khusus untuk mengerahkan penuh angkatan bersenjata, menutup perbatasan, serta menempatkan militer sebagai pengendali infrastruktur vital.

Ia juga memperingatkan rakyat Venezuela agar tidak mendukung intervensi asing secara terbuka. "Mereka yang menyerukan invasi tidak bisa menyebut diri mereka orang Venezuela," tegasnya.

Namun, meski situasi semakin memanas, sejumlah analis menilai skenario invasi penuh masih kecil kemungkinannya.

"Saya cukup yakin untuk menyingkirkan kemungkinan invasi dan pendudukan Venezuela dengan pasukan darat. Namun selain itu, semua opsi masih terbuka," kata Phil Gunson, analis Crisis Group yang berbasis di Caracas

Menurut Gunson, serangan langsung ke istana presiden Miraflores atau kompleks militer tempat para pemimpin negara tinggal masih tidak mungkin terjadi.

"Yang lebih masuk akal adalah AS meledakkan sesuatu di pedalaman Venezuela, lalu mencoba meyakinkan publik bahwa itu terkait perdagangan narkoba," jelasnya.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Luncurkan 3 Kapal Perang ke Negara Ini, Sebut Rezim Gak Guna

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular