Internasional

PMI Manufaktur China Kontraksi, Enam Kali Berturut-turut

sef, CNBC Indonesia
30 September 2025 11:53
7 Negara dengan Manufaktur Terbesar
Foto: Ilustrasi manufaktur China (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pabrik China menyusut untuk bulan keenam berturut-turut pada bulan September. Hal ini ditujukan dengan data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) Selasa (30/9/2025).

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur berada di angka 49,8. Perlu diketahui angka di bawah 50 adalah kontraksi sementara angka 50 ke atas adalah ekspansi.

Meskipun demikian, angka tersebut melampaui sejumlah survei ekonom, di antaranya yang dilakukan Bloomberg. Sebelumnya, laman itu memperkirakan PMI manufaktur September, 49,6.

Ekonomi China sendiri masih tidak baik-baik saja dengan masih merosotnya belanja konsumen domestik dan ketidakpastian perdagangan global.

Angka PMI terbaru ini memperpanjang rentetan kontraksi yang dimulai pada bulan April, karena pabrik-pabrik di seluruh pusat manufaktur tersebut menghadapi turbulensi akibat perang dagang AS yang sedang berlangsung.

"Ekspansi output ekonomi secara keseluruhan di negara ini sedikit meningkat selama bulan tersebut," kata ahli statistik NBS Huo Lihui dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.

Angka ini muncul tepat sebelum dimulainya libur nasional China, "Minggu Emas". Di periode ini biasanya aktivitas pabrik memang menjadi lebih lambat.

Sementara itu, data resmi juga menunjukkan pada hari Selasa bahwa PMI non-manufaktur, yang mengukur aktivitas di berbagai sektor termasuk jasa dan konstruksi, turun menjadi 50,0 pada bulan September dari 50,3 pada bulan Agustus. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan Bloomberg sebesar 50,2 dan merupakan yang terendah sejak November.

"Momentum ekonomi lemah pada kuartal ketiga," ujar presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, dalam sebuah catatan, masih merujuk laman yang sama.

"Aktivitas ekspor secara mengejutkan tetap tangguh sepanjang tahun ini dan sebagian membantu mengimbangi lemahnya permintaan domestik," tambahnya.

Harga konsumen di China turun pada bulan Agustus dengan laju tercepat selama enam bulan. Ini menjadi sebuah tanda bahwa kesulitan masih berlanjut di sektor tersebut.

"Karena pertumbuhan PDB di atas 5% pada semester pertama, pemerintah mungkin akan menoleransi perlambatan pada semester kedua selama hal itu tidak membahayakan target pertumbuhan setahun penuh sebesar lima persen," tambah Zhang.

AS dan China sendiri masih terus bernegosiasi untuk menentukan tarif impor masing-masing negara. Kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut memperpanjang "gencatan senjata" tarif untuk sebagian besar bea masuk timbal balik hingga 10 November.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aktivitas Pabrik China Merosot Tak Terduga, Terburuk Sejak 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular