Internasional

Bye-bye Dolar AS, 1.700 Bank Dunia Beralih ke Yuan China

tfa, CNBC Indonesia
16 September 2025 05:30
FILE PHOTO: U.S. dollar and China yuan notes are seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Foto ilustrasi dolar amerika dan yuan china. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari 1.700 bank di seluruh dunia kini beralih menggunakan yuan melalui Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas (Cross-Border Interbank Payment System/CIPS) yang dikelola China. Fenomena ini dinilai sebagai sinyal kuat melemahnya dominasi dolar AS dalam perdagangan global.

Data The Economist mencatat, CIPS memproses transaksi lintas batas senilai 175 triliun yuan atau setara Rp402.325 triliun pada 2024, melonjak 43% dibandingkan tahun sebelumnya. Jaringan ini kini melibatkan peserta dari Turki, Mauritius, Uni Emirat Arab (UEA), hingga ekspansi terbaru ke Afrika dan Timur Tengah.

"Yuan mencapai level tertinggi sejak Trump terpilih kembali. Investor asing dan banyak pemerintah kini mencari alternatif dolar," demikian laporan media tersebut, dikutip Selasa (16/9/2025).

Kebangkitan yuan terjadi di tengah pelemahan dolar AS. Mata uang Paman Sam telah merosot 7% sejak Januari, mencatat awal tahun terburuk sejak 1973. Penyebabnya antara lain kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang fluktuatif, defisit fiskal AS yang melebar, serta ancaman terhadap independensi The Federal Reserve.

Berbeda dengan SWIFT yang mayoritas berbasis dolar, CIPS memungkinkan transaksi diselesaikan langsung dalam yuan. Hal ini membuat eksportir, produsen, dan mitra dagang China dapat menghindari dolar sepenuhnya.

Han Kwee Juan, Head of Institutional Banking Group DBS, membenarkan fenomena ini. Ia mengatakan semakin banyak eksportir China yang mendorong transaksi dalam yuan.

"Saat ini, Anda lihat para eksportir China mulai bertanya: saya akan menjual dalam RMB (renminbi/yuan), silakan selesaikan dalam RMB," ujarnya dalam wawancara dengan Reuters. "Saya pikir tren ini akan berlanjut seiring perdagangan mereka semakin meluas di luar AS."

Pergeseran ini juga sejalan dengan langkah anggota BRICS yang memperkuat cadangan emas, bereksperimen dengan pembayaran mata uang lokal, hingga membahas tatanan keuangan baru yang tidak bertumpu pada pasar Treasury AS.

Analis memperingatkan, jika tren ini berlanjut, permintaan dolar di luar negeri bisa melemah signifikan dan memicu tekanan inflasi di Amerika Serikat. Bagi pasar global, kebangkitan CIPS menandai pergeseran cepat pusat kekuatan finansial dunia ke Asia, sekaligus memperkuat posisi yuan sebagai pilar baru sistem moneter internasional.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Pasar Obat Pramuka Sepi Ditinggal Pembeli-Penjualan Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular