
Mobil Listrik Impor Merajalela, Ancaman PHK Muncul di Sektor Otomotif

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri komponen otomotif dalam negeri tengah menghadapi tekanan berat, dampak meningkatnya impor kendaraan listrik (BEV) dan truk asal Tiongkok. Ini konsekuensi mulai ada perubahan pasar kendaraan listrik.
Efek domino dari pergeseran pasar otomotif ini memicu penurunan produksi di pabrik-pabrik kendaraan konvensional dan komponen, yang berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Riyanto menilai situasi ini mencerminkan konsekuensi dari ketidakseimbangan antara dorongan percepatan elektrifikasi kendaraan dan kesiapan industri dalam negeri.
"LPEM masih proses estimasi. Jadi penurunan tenaga kerja itu karena juga di pabrik komponen dan pabrik mobil ICEV yang pangsanya per Mei 2025 menurun 15%, digantikan BEV yang tahun 2025 impornya naik menjadi sekitar 64% akibat honeymoon programe," kara Riyanto kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/9/2025).
Penurunan penjualan mobil bensin dan sebaliknya terjadi peningkatan impor BEV yang kini mencapai 64 % dari total penjualan, sebagian besar dipicu oleh program insentif "honeymoon" insentif impor BEV yang diluncurkan pemerintah.
"Kasihan juga pabrik BEV yang sudah ada, produksi mereka juah dari target karena penjualan diambil alih BEV Impor," sebut Riyanto.
Selain BEV, masuknya truk-truk asal China dalam jumlah besar juga memperparah kondisi. Hal ini berdampak langsung pada pabrikan truk domestik, yang kehilangan pangsa pasar dan akhirnya mengurangi produksi.
"Begitu pabrikan truk lokal mengurangi produksi, maka otomatis permintaan ke pemasok komponen ikut menurun. Ini menciptakan efek berantai ke industri komponen yang kini makin terancam," ujarnya.
Sejauh ini, belum ada data resmi dari pemerintah terkait jumlah tenaga kerja yang terdampak. Para pelaku industri mendesak pemerintah untuk meninjau kembali strategi elektrifikasi dan memberikan perlindungan terhadap manufaktur lokal, agar transisi menuju kendaraan listrik tidak menjadi bumerang bagi sektor industri nasional.
"Mudah-mudahan tidak perlu terjadi (PHK), dan produksi dapat kembali normal," kata Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/9/2025).
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Masalah, Hyundai Mendadak Mau Hentikan Produksi Ioniq 5 dan Kona