
Sri Mulyani Sebut Cyber Security & Perang Nuklir Hantui Keamanan Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perekonomian saat ini masih dinamis, dipicu oleh kondisi perang dagang antara AS dan sejumlah negara.
Menurutnya, negara-negara yang dahulu dianggap sekutu AS, ternyata ikut terdampak retaliasi tarif dagang.
"Terakhir AS tetapkan 50% tarif ke India karena mereka (India) membeli minyak dari Rusia. Terhadap China juga masih ada 90 hari jeda namun masih dalam posisi tarif tinggi," papar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komite IV, Selasa (2/9/2025).
Dia pun mengungkapkan beberapa perkembangan AS yang patut diwaspadai, termasuk perekonomiannya yang dibayangi penurunan inflasi dan pengangguran yang naik.
Kemudian, dia mengantisipasi langkah kebijakan Presiden AS terkait dengan besi baja, farmasi dan chips. Selain kondisi ini, Sri Mulyani juga mengatakan perihal kondisi ketidakpastian global menimbulkan volatilitas di pasar keuangan dan komoditas. Sentimennya, menurut Sri Mulyani, didorong oleh retorika kebijakan dan perkembangan hubungan antar negara.
Sementara itu, dari sisi keamanan global, dia mewanti-wanti adanya dua risiko besar, yakni cyber security (keamanan siber) dan nuclear war (perang nuklir).
"Dari sisi keamanan global ancaman cyber security dan nuclear war jadi makin nyata karena tensi hubungan geopolitik makin meningkat," katanya.
Di tengah kondisi ini, dia meyakinkan bahwa perekonomian dunia masih menunjukkan resiliensi, meskipun harus tetap waspada.
"Dengan tekanan perekonomian global dari sisi ketidakpastian dan gejolak tapi kita tetap harus waspada," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Kenakan Tarif 32% ke RI, Ini Respons Kantor Sri Mulyani
